1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Hadir Dimana-Mana

14 Februari 2015

Kanselir Jerman terkenal sebagai manajer ulung untuk beragam krisis. Mulai krisis di Eropa, konflik militer hingga masalah dalam negeri. Ini menegaskan kekuatan sekaligus sejumlah risiko. Komentar Marcel Fürstenau.

https://p.dw.com/p/1EbK4
Ukraine Konferenz in Minsk Merkel
Foto: picture-alliance/AP/A. Zemlianichenko

Angela Merkel ibaratnya ada dimana-mana, dan bermain di banyak panggung politik, sebagai aktris utama yang seringnya kebagiani peran penentu keputusan. Skenario yang dimainkan kebanyakan dramtis. Mulai dari perang tak logis antara Ukraina lawan Rusia, krisis Euro yang terus merebak dan tentu saja masalah dalam negeri Jerman dengan sentimen anti-Islamnya.

Dalam konflik Ukraina, yang telah menewaskan ribuan orang, tanpa terpengaruh pandangan sinis, dengan sabar Merkel melakukan diplomasi krisis empat jalur, lewat Berlin, Paris, Moskow, Washington, Brussel dan bermuara di Minsk. Hasilnya, eskalasi situasi di timur Ukraina dapat dicegah.

Kommentarfoto Marcel Fürstenau Hauptstadtstudio
Marcel Fürstenau redaktur DW.Foto: DW/S. Eichberg

Di dalam negeri, seruan warga yang bergabung dengan Pegida yang ibaratnya kalap dengan sikap anti-Islam dan anti orang asing, yang berkobar berbulan-bulan, lewat pendekatan dialog dan ketegasain sikap, tiba-tiba melemah dan kehilangan momentumnya.

Merkel selalu tampil dengan kepala dingin. Tokoh politik puncak Jerman ini jauh lebih lihai memahami pola berpikir serta perasaan politisi di bekas blok timur ketimbang tokoh-tokoh politik internasional lainnya. Kemampuan ini diperolehnya lewat pengalaman sosialisasi di kawasan bekas Jerman Timur di mana Merkel lahir dan meniti awal karir politiknya. Pelajaran wajib Bahasa Rusia kini jadi berkah bagi Merkel.

Dalam pertikaian strategis, Merkel juga piawai memainkan elemen tataran kemanusiaan. Ketika Vladimir Putin menampilkan citra seorang Macho, Angela Merkel tampil dengan citra seorang ibu. Inilah gaya politiknya: mendengar, melakukan mediasi dan memoderasi. Tapi di sisi lain, Merkel juga bisa menunjukkan sikap tegas. Contoh teranyar adalah krisis Ukraina. Sanksi ekonomi terhadap Rusia, Ya! Tapi pengiriman senjata, Tidak!

Dengan sikap lurusnya itu, Merkel juga tidak takut menghadapi kemarahan negara mitra terpenting, yakni Amerika Serikat. Untuk sikap tegasnya ini, kanselir Jerman itu memanen penghargaan, pengakuan dan rasa terima kasih.

Tapi Merkel, yang tidak pernah lelah dalam memainkan peranannya sebagai tokoh pemadam kebakaran di panggung politik internasional juga harus waspada. Bahaya terlupakan atau terlewatkannya ancaman krisis yang tidak kentara juga makin besar. Misalnya krisis di zone mata uang Euro kini memiliki dinamikanya sendiri, setelah Yunani memiliki pemerintahan yang nekat menantang para donornya.

Juga citra Merkel sebagai "berdarah dingin" terkait penderitaan rakyat miskin di seluruh bagian selatan Eropa, melekat sangat erat. Imej-nya sebagai seorang pimpinan politik penghematan keuangan ketat sulit ditepis.

Sementara menyangkut politik dalam negeri, Angela Merkel sering dicap ragu-ragu dan oportunis dalam menarik keputusan. Dua contoh kasusnya adalah menghentikan penggunaan energi listrik nuklir dan aturan upah minimal. Juga dalam menghadapi gerakan ekstrim kanan serta kelompok anti-Islam, kanselir Jerman ini harus semakin memperkuat kontur politiknya.