1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier

Werkhäuser, Nina20 Desember 2013

Untuk kedua kalinya, Frank-Walter Steinmeier menjadi Menteri Luar Negeri dalam koalisi besar. Politisi SPD berusia 57 tahun itu dikenal pragmatis dan bisa bekerjasama dengan Kanselir Merkel.

https://p.dw.com/p/1Acjv
Foto: picture-alliance/dpa

Frank-Walter Steimeier akhirnya kembali lagi memimpin Departemen Luar Negeri di Berlin, yang ia tinggalkan empat tahun lalu. Politisi yang sebelumnya menjabat sebagai ketua Fraksi SPD itu mengatakan, adalah "sebuah kehormatan" mewakili Jerman sebagai Menteri Luar Negeri untuk kedua kalinya. Di Gedung Departemen Luar Negeri, ia disambut dengan tepuk tangan hangat.

Setelah kabinet baru Jerman dilantik, Steinmeier langsung mulai bekerja dan melakukan kunjungan ke Perancis hari Rabu (18/12) bersama Kanselir Angela Merkel. Ketika menjadi Menlu Jerman tahun 2005-2009, Steinmeier sudah bekerja di bawah Merkel. Ia dikenal sebagai politisi yang pragmatis dan berusaha menghindari keriuhan politik.

Tahun 2009, Steinmeier tampil sebagai kandidat utama SPD melawan Angela Merkel. Ketika itu, SPD mengalami kekalahan besar dan akhirnya menjadi partai oposisi. Setelah pemilu September lalu, CDU/CSU dan SPD sepakat membentuk koalisi besar.

Prinsip Dasar Politik Luar Negeri

Koalisi pemerintahan boleh berganti, tapi prinsip dasar politik luar negeri Jerman sebenarnya tidak berubah. Jerman melihat dirinya sebagai pilar utama dalam integrasi Eropa. Selain itu, peran internasional Jerman ditentukan oleh kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan keterlibatan dalam NATO.

Secara tradisional, Jerman tidak mau terlibat terlalu jauh dalam misi militer internasional. Sikap "menahan diri" ini sudah menjadi ciri khas Jerman dalam berbagai konflik global. Steinmeier menekankan, Jerman punya tanggung jawab khusus dalam diplomasi internasional, karena sejarahnya pada masa perang dunia.

Dalam upacara serah terima jabatan di Kementerian Luar Negeri, Steinmeier memuji pendahulunya, Guido Westerwelle, yang selalu berusaha "mempertahankan budaya menahan diri" dalam pengerahan militer ke kawasan konflik.

Kontinuitas Politik

Dalam perjanjian koalisi yang disepakati oleh CDU, CSU dan SPD, bab politik luar negeri tidak memuat kejutan baru. Perancis dan Polandia disebutkan sebagai dua negara tetangga yang sangat penting. Amerika Serikat tetap dipandang sebagai negara yang punya peran besar dalam "kebebasan, keamanan dan kemakmuran bagi semua". Namun pemerintah Amerika Serikat diingatkan untuk menghormati ruang privasi dan tidak melakukan penyadapan secara sembarangan.

Hubungan dengan Rusia disebut sebagai "kemitraan untuk modernisasi". Mengenai modernisasi, kedua negara memang diakui punya "pandangan yang berbeda". Salah satu agenda utama dalam waktu dekat adalah situasi di Ukraina.

Pemerintah Jerman menyebut Cina dan India sebagai "mitra strategis" dalam hubungan ekonomi. Afrika akan mendapat bantuan dari Jerman agar bisa menyelesaikan masalah regionalnya. Sedangkan untuk negara-negara Arab dan Afrika Utara, Jerman mengharapkan adanya "perkembangan positif menuju demokrasi dan pluralisme".

Di PBB, Jerman tetap berniat menjadi anggota tetap Dewan Keamanan. Tapi untuk itu, PBB perlu melakukan reformasi, demikian disebutkan dalam perjanjian koalisi.