1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengembalikan Ikan ke Perairan Pasca Banjir

Jonathan Gifford22 Desember 2013

Banjir ekstrem menimpa warga sepanjang sungai Elbe di Jerman pertengahan tahun 2013. Banjir menyapu populasi ikan lokal, berpengaruh pada turisme dan mata pencaharian. Kini warga berusaha merestorasi perairan.

https://p.dw.com/p/1Ae24
Foto: picture alliance/Bildagentur Huber

Pada pagi hari yang dingin dan berkabut di pinggir danau dekat desa Fischbeck, nelayan setempat Gernt Quaschny memeriksa ikan-ikan mas dan sander yang dimuat dalam truk, di dalam tangki air besar seberat 300 kilogram yang dibuat khusus. Dalam beberapa minggu berikutnya, sekitar 2,5 ton ikan akan dibawa ke Fischbeck, sebagai upaya untuk memulai pemulihan lingkungan perairan lokal.

Bulan Juni 2013, sebagian besar wilayah Jerman diguyur hujan deras secara terus-menerus, dan banjir melanda 5 negara bagian dan beragam komunitas. Fischbeck, di negara bagian Sachsen-Anhalt, termasuk yang terkena dampak terparah. Air bah setinggi 2 meter tidak hanya menghancurkan rumah-rumah, namun juga berdampak jangka panjang terhadap ekosistem.

Kini warga mulai bekerja untuk mengembalikan ikan ke danau-danau setempat. Membantu ekosistem berarti membantu mereka sendiri, karena danau yang indah menjadi daya tarik bagi turis dan mata pencaharian utama mereka adalah nelayan.

Nelayan seperti Quatschny mengupayakan restorasi ikan sendiri
Nelayan seperti Quatschny mengupayakan restorasi ikan sendiriFoto: Jonathan Gifford

'Sup berbau busuk'

Pupuk dari pertanian di wilayah tersebut mengkontaminasi air bah, dan warga menggambarkan, wilayah pedesaan tertutup oleh lumpur tebal dan bau. Air tidak lagi mengandung oksigen, sehingga mencekik ekosistem perairan termasuk ikan dan belut. Ini juga mengusir burung yang hidupnya bergantung pada ekosistem perairan.

"Masalahnya air tidak bergerak selama 4 pekan," jelas Quatschny. "Semuanya mulai membusuk dan mengeluarkan bau tak sedap, dan suhu udaranya bertambah panas." Deskripsinya seakan menggambarkan berakhirnya kehidupan di wilayah itu, "Ada banyak serangga, ribuan nyamuk. Airnya hitam dan bau. Bagaikan sup yang hitam dan berbau busuk."

Saat tinggi air mulai menurun, Quaschny menemukan bahwa rumah dan tokonya - yang telah dikelola keluarganya secara turun temurun - tidak dapat diperbaiki. Nelayan yang bersuara lembut tersebut juga kehilangan mata pencaharian karena danau dan wilayah perairan lainnya kehilangan ikan.

Fischbeck termasuk salah satu wilayah yang terkena dampak terparah saat banjir musim panas 2013
Fischbeck termasuk salah satu wilayah yang terkena dampak terparah saat banjir musim panas 2013Foto: picture-alliance/dpa

Upaya repopulasi

Asosiasi nelayan setempat mengorganisasi upaya untuk mengembalikan populasi ikan. Sebagian besar pendanaan datang dari bank lokal. Sekitar 25.000 Euro dikumpulkan untuk menangkap ikan mas dan sander dari wilayah sekitar yang tidak terlalu terpengaruh banjir dan dikirim ke Fischbeck.

Lingkungan sekitar mulai kembali pulih dalam 6 bulan pasca banjir, dan banyak burung yang sudah kembali. Quaschny mengatakan, sekarang sudah ada cukup oksigen dalam air sehingga ikan dapat hidup. Quaschny yakin populasi belut membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih - mungkin sekitar 7 tahun untuk kembali ke kondisi sebelum banjir.

Bernt Witt, walikota distrik setempat dan ketua asosiasi nelayan rekreasional, turut hadir di pinggir danau untuk pelepasan ikan. "Kami hidup di sungai Elbe, hidup bersama Elbe, dan kami juga hidup dari Elbe," papar Witt. "Kalau kota besar punya gedung teater, kami punya alam pedesaan dan perairan," lanjur Witt. Ia mengatakan, baik pemerintah Jerman maupun Uni Eropa tidak menawarkan bantuan bagi nelayan yang terkena dampak banjir - sebaliknya petani setempat mendapatkan skema bantuan.