1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengapa Hari Ibu Dirayakan Bulan Mei?

Hendra Pasuhuk10 Mei 2015

Minggu kedua bulan Mei di banyak negara dirayakan sebagai Hari Ibu. Di Jerman, kaum Ibu biasanya dihadiahi karangan bunga dan dibebaskan dari pekerjaan rumah tangga.

https://p.dw.com/p/1FMwJ
Foto: picture-alliance/dpa

Perayaan Hari Ibu yang di Jerman disebut Muttertag diperingati setiap minggu kedua bulan Mei. Pada tahun ini jatuh pada tanggal 10 Mei. Suami dan anak-anak biasanya menyiapkan hadiah khusus untuk sang Ibu, sekaligus mengambil alih pekerjaan tradisional rumah tangga yang biasanya dikerjakan ibu, seperti memasak, membereskan rumah dan mencuci piring.

Ibu sejak dulu dianggap bertanggung jawab untuk kebersihan di rumah. Memasuki abad ke-20, peranan perempuan mulai lebih dihargai dan peran ibu juga dipercantik. Seorang ibu tidak hanya harus menjaga rumahnya rapih dan bersih, tapi dia sendiri harus bisa tampil cantik, anggun, berwibawa dan dengan selera estetika tinggi.

Tapi perayaan Hari Ibu juga makin lama jadi makin komersial dan punya nilai bisnis tinggi terutama untuk toko bunga dan perhiasan. Jadi dunia iklan pun giat mempromosikan perayaan hari khusus itu.

Berasal dari Amerika Serikat

Tahun 1907, warga AS Ann Jarvis mulai mempromosikan peringatan hari ibu untuk mengenang jasa mendiang ibunya, yang meninggal tanggal 9 Mei 1905. Sang ibu memang seorang aktivis yang giat memperjuangkan hak-hak wanita, dan membesarkan sebelas anak.

Flash-Galerie Maibräuche Kreideherz Muttertag
Foto: Fotolia/Uwe Annas

Upaya Ann tidak sia-sia, karena mulai tahun 1914, Hari Ibu dirayakan sebagai hari nasional di Amerika Serikat setiap hari Minggu kedua pada bulan Mei. Lalu tradisi itupun menyebar ke Eropa dan negara-negara lain, sampai ke Australia.

Di Jerman, hari Ibu jadi makin populer setelah Perang Dunia II berakhir. Sosok ibu menjadi makin identik dengan kegiatan merias diri dan penampilan modis. Tahun 90-an, gerakan feminis mulai bangkit menentang perayaan Hari Ibu yang mereka anggap hanya mendesak perempuan untuk tetap tinggal di rumah dan bekerja di dapur melayani suami.

Politisasi sosok Ibu

Di masa kekuasaan rejim Nazi di bawah Hitler, sosok Ibu dipolitisasi dengan berbagai muatan ideologi. "Lelaki di tempat kerja, wanita mengurus rumah, dapur dan anak-anak!" begitu salah satu slogan utamanya.

Rejim Nazi membagi-bagikan "bintang jasa ibu" kepada wanita-wanita yang dianggap berjasa melahirkan dan mengasuh anak-anak ras Jerman yang akan menjadi pembangun bangsanya. Sekitar lima juta bintang jasa dibagikan Nazi kepada kaum ibu disertai rangkaian acara pawai dan parade meriah.

Muttertag in der Nazi Presse
Bahan propaganda Nazi untuk Muttertag

Di era 90-an, sekalipun kaum feminis melakukan propaganda keras untuk menghapus tradisi perayaan "Muttertag", kebiasaan ini dirayakan oleh sebagian besar masyarakat.

Saat ini, sekitar 80 persen warga Jerman mengaku masih merayakan Hari Ibu sebagai kesempatan untuk memberi hadiah kepada istri dan ibu mereka. Tapi memberi alat dapur kepada Ibu adalah hal tabu. Biasanya orang mengirim bunga, kosmetik atau memberi hadiah coklat atau voucher belanja.

hp/vlz (dpa)