1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harga Emas Anjlok

Zhang Danhong16 April 2013

Sejak beberapa hari terakhir, harga emas jatuh. Para ahli memperkirakan, melambatnya perkembangan ekonomi di Cina dan spekulasi penyelamatan Siprus menjadi penyebabnya.

https://p.dw.com/p/18Gm0
Goldbarren der Deutschen Bundesbank in Frankfurt/Main im Tresor (undatiertes Archivfoto).+++(c) dpa - Bildfunk+++
Emas BundesbankFoto: picture-alliance/dpa

Beberapa waktu lalu, spekulan legendaris George Soros sudah memperingatkan, bahwa emas tidak cocok lagi menjadi „simpanan aman“. Hari Jumat lalu (12/04) harga emas turun sampai delapan persen. Hari Senin (15/04) harganya anjlok lagi menjadi 1356 dolar per ounce (31,3 gram). Setahun yang lalu, harganya masih 1800 dolar per ounce. ”Ini merupakan penurunan terbesar sejak 30 tahun”, kata analis ekonomi Norman Rudschuck dari bank NordLB.

Rudschuck mengatakan kepada Deutsche Welle, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Data-data ekonomi dari Cina tidak sebaik yang diharapkan. Pada kuartal pertama tahun 2013, perekonomian Cina hanya tumbuh 7,7 persen dibanding tahun sebelumnya.

”Cina adalah konsumen emas kedua terbesar dunia dan juga konsumen minyak kedua terbesar”. kata Rudschuck. Jika perekonomian Cina mengalami kesulitan, maka harga-harga bahan mentah akan langsung bereaksi.

Selain itu, jatuhnya harga emas juga disebabkan oleh kepanikan orang, yang jadi ikut-ikutan menjual emas. Ada juga perdagangan otomatis yang disebut stop loss orders. Kalau harga turun dan menyentuh nilai tertentu, maka otomatis akan dilakukan penjualan, demikian Rudschuck.

Spekulasi Mengenai Siprus

Alasan lain mengapa harga emas jatuh adalah spekulasi tentang simpanan emas di Eropa. Presiden Bank Sentral Eropa ECB, Mario Draghi, hari Jumat (12/04) mengisyaratkan, bahwa Siprus bisa menjual sebagian simpanan emasnya untuk mendapat dana bagi penyelamatan ekonomi. Isu tersebut dengan cepat menyebar dan menjadi spekulasi bahwa bank sentral Siprus segera akan menjual emasnya.

Norman Rudschuck, Analyst der Nord LB Copyright: Nord LB
Norman Rudschuck: "Banyak alasan kenapa harga emas turun."Foto: Nord LB

Cadangan emas Siprus mencapai 14 ton. Dengan jumlah ini, Siprus memang tidak bisa langsung mempengaruhi harga emas dunia. Tapi banyak investor khawatir, langkah Siprus akan segera diikuti oleh negara-negara lain di Eropa untuk menyelamatkan perekonomian mereka.

Selain itu, menurut kalangan analis ekonomi, para investor memperhitungkan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat The Fed akan menaikkan suku bunga. Data-data terakhir menunjukkan, ekonomi Amerika kini mengalami perbaikan. Artinya, perusahaan-perusahaan akan kembali mencatat keuntungan. Harga saham akan naik dan para investor akan meninggalkan emas sebagai simpanan yang aman dari inflasi. Makin banyak orang yang akan membali saham.

Harga Emas Akan Naik Lagi

Sekalipun ”masa kejayaan” emas mulai berakhir, harga emas tidak akan terus menerus anjlok, kata Norman Rudschuck dari NordLB. ”Banyak bank sentral yang senang membeli emas, terutama Cina dan Rusia. Kalau harga emas turun, mereka akan melihat kesempatan besar untuk membeli emas lagi.” Dengan demikian, mereka makin tidak tergantung pada perkembangan mata uang dolar AS.

Dibandingkan bank-bank sentral di negara Eropa, Cina dan Rusia sebenarnya tidak menyimpan terlalu banyak cadangan emas. Bank sentral di negara-negara Eropa Barat menyimpan 70 sampai 80 cadangan devisanya dalam bentuk batangan emas. Cina hanya menyimpan 2 persen dan Rusia hanya 10 persen cadangan devisa dalam bentuk emas.

Jadi masih ada potensi besar bagi Cina dan Rusia untuk membeli emas, kata Rudschuck. Ia yakin harga emas akan naik lagi. Akhir tahun ini, harga emas bisa mencapai 1700 sampai 1800 dolar lagi, ujarnya.