1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menengok Markas Raksasa Streaming 'Spotify'

Julian Tompkin30 Januari 2014

Spotify merevolusi cara orang mendengarkan musik, namun belum berhasil menenangkan seluruh kritiknya. DW mengunjungi markas layanan streaming ini di Stockholm dan melihat di balik layar digital.

https://p.dw.com/p/1Az0U
Foto: DW/J. Tompkin

"Streaming tidak dapat dihindari, ini hanya masalah waktu," ujar manajer Spotify untuk Eropa, Jonathan Forster, kepada DW. Forster adalah salah satu pendiri dan ditunjuk sendiri oleh CEO Daniel Ek tujuh tahun lalu.

"Melihat ukuran industri periklanan, kalau pembajakan musik dapat diuangkan melalui iklan, pasti bisa lebih besar dari industri musik," kata Forster.

Meski sering terlihat dengan sesama miliarder Mark Zuckerberg dan Sean Parker (investor besar bagi Spotify), Daniel Ek bukanlah jutawan internet biasa. Memulai perusahaan pertamanya pada usia 14 tahun, Ek sudah menjadi miliuner pada usia awal 20-an. Setelah rehat beberapa tahun, ia kembali tahun 2006 dengan formula yang menjadi cikal bakal Spotify: "Think it, built it, ship it, tweak it."

Markas Spotify sesuai dengan imej startup muda yang modern
Markas Spotify sesuai dengan imej startup muda yang modernFoto: DW/J. Tompkin

Skeptisisme dari Jerman

Kemenangan pertama Spotify adalah kebangkitan kembali industri musik Swedia. Swedia adalah rumah bagi The Pirate Bay, situs Bittorent yang paling elastis di dunia, serta menawarkan salah satu koneksi internet tercepat dan juga tingkat kepemilikan komputer yang tinggi. Semua itu berkontribusi bagi kehancuran industri musik Swedia akibat pengunduhan ilegal.

Oktober 2008, menyusul peluncuran Spotify, pemerintah Swedia mengalahkan The Pirate Bay di pengadilan dan memberlakukan kebijakan anti-pembajakan yang berlaku di berbagai penjuru Eropa. Entah sebagai ksatria putih atau pahlawan tak sengaja, Spotify berada di posisi dan waktu yang tepat.

Jerman masuk sebagai pasar ke-13 bagi Spotify pada bulan Maret 2012, dan Forster mengakui bahwa Jerman adalah pasar yang sulit ditembus. Pecinta musik di Jerman tergolong skeptis terhadap Spotify di satu sisi, namun juga sudah berkenalan dengan layanan distribusi digital dan streaming lainnya, seperti SoundCloud yang berbasis di Berlin.

Thom Yorke (kanan) dari Radiohead adalah salah satu pengkritik Spotify
Thom Yorke (kanan) dari Radiohead adalah salah satu pengkritik SpotifyFoto: AP

Jumlah jelas berperan

Apakah musisi bisa mendapatkan porsi yang layak dari model bisnis Spotify? Metallica yang terkenal skeptis terhadap serba-serbi digital mengatakan iya. Sementara pionir distribusi digital Thom Yorke yang menggawangi Radiohead serta Atoms for Peace secara terbuka mengatakan tidak.

Forster membeberkan bahwa Spotify telah membayar industri musik senilai 1 miliar Dolar pada akhir tahun 2013, namun semakin banyak pengguna tentu berarti semakin banyak uang untuk semua pemain. Jadi apa titik balik ajaib di mana royalti streaming bisa menutupi pemasukan yang hilang dari CD dan pengunduhan legal? Forster tidak dapat memastikan, meski berkali-kali merujuk pada pengguna Facebook yang jumlahnya melebihi satu miliar.

Namun, dengan hanya 24 juta pengguna di 32 wilayah, angka ini masih menunjukkan perjalanan jauh Spotify untuk mampu membawa perubahan.