1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mendengar Suara Musuh

Julia Vergin19 Maret 2014

Apakah dengan telinga besar pendengaran bisa lebih baik? Sebuah studi menunjukkan, gajah Afrika mampu membedakan teman atau musuh berdasarkan suaranya.

https://p.dw.com/p/1BRbb
Afrikanischer Elefant
Foto: picture-alliance/dpa

Gajah berukuran besar, kuat dan pintar. Satu-satunya mahluk hidup yang ditakuti gajah adalah manusia. Tetapi bagi gajah, tidak semua manusia sama. Gajah membedakan dengan tepat, orang yang tidak mengganggu mereka, dan manusia yang dari generasi ke generasi selalu memburu mereka. Studi baru menunjukkan, gajah mengenali musuh-musuh lewat suara mereka.

Pakar biologi Inggris, Karen McComb dan Graeme Shannon baru-baru ini mempublikasikan hasil penelitian mereka dalam situs Nature.com. Keduanya menunjukkan berbedanya reaksi yang diberikan gajah Afrika (Loxodonta Africana) atas suara teman dan musuh.

Kamba Yang Baik, Massai Yang Jahat

Peneliti perilaku hewan merekam suara sejumlah pria dari dua suku di Kenya, yaitu suku Kamba dan Massai. Rekaman itu mereka putar di depan 47 keluarga gajah di Taman Nasional Amboseli di Kenya, dan selalu bisa mengamati hal sama. Suara orang Massai bagi gajah berarti ancaman lebih besar bagi suara orang Kamba. Semua anggota keluarga berdiri berhimpitan dengan gelisah, dan berusaha mencium musuh, jika suara orang Massai terdengar.

Dulu orang suku Massai kerap membunuh gajah, yang dianggap saingan dalam memperoleh air dan tempat perburuan. Sementara pembunuhan gajah hampir tidak pernah dilakukan orang suku Kamba.

Anak-Anak dan Perempuan Tidak Berbahaya

Tetapi bagi gajah tidak semua orang suku Massai sama. Binatang ini menunjukkan kemampuan untuk membedakan suara seorang pria dewasa, yang jadi potensi biaya lebih besar, dari suara perempuan serta anak-anak. "Hasil studi ini tidak mengagetkan saya," kata Meike Artelt.

Pakar biologi ini sudah bertahun-tahun meneliti komunikasi akustik antar gajah-gajah Asia. Ia berhasil menemukan, bahwa gajah bisa berkomunikasi dengan sejumlah besar nada. Di samping itu, pendengaran mereka sangat baik, demikian halnya dengan kemampuan mereka untuk membedakan isyarat-isyarat akustik.

"Saya duga, gajah-gajah bisa belajar lewat pengalaman sendiri, atau pengalaman gajah yang lebih tua, siapa musuh mereka." Demikian dikatakan peneliti perilaku hewan, Meike Artelt. Sesuai dengan teori ini, kelompok gajah yang dipimpin gajah tua tidak memberikan reaksi berarti atas suara anak-anak suku Massai. Berbeda halnya dengan kelompok yang dipimpin gajah lebih muda, yang juga gelisah mendengar suara anak-anak Massai.