1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mencari Pendekatan Baru Untuk Suriah

Naomi Conrad8 Februari 2013

Salah satu tokoh oposisi Suriah minta rejim Bashar al Assad melakukan perundingan dengan oposisi. Pemerintah Suriah belum memberi tanggapan positif. Amerika Serikat tolak intervensi militer.

https://p.dw.com/p/17avg
Perang di Suriah (SANA) on 28 January 2013
Perang di SuriahFoto: picture-alliance/dpa

Wakil Dewan Nasional Suriah di Jerman, Sadiq al Mousslie terdengar frustasi. ”Rejim ini sampai sekarang menggagalkan semua tawaran untuk berunding. Mana mungkin dia sekarang bereaksi lain?” Ia sendiri sudah berulangkali berbicara dengan para politisi dan diplomat di Jerman tentang situasi di Suriah. Kepada wartawan ia menjelaskan, sampai sekarang tidak banyak dukungan. Yang ada hanyalah janji-janji yang tidak dipenuhi. Hampir dua tahun perang melanda kota dan desa-desa di Suriah. Baginya, hanya ada satu solusi untuk situasi saat ini. ”Solusinya adalah Tentara Pembebasan Suriah”.

Ketua Koalisi Nasional Suriah Muaz Al Khatib sebelumnya meminta Bashar al Assad untuk melakukan pembicaraan dengan kelompok oposisi. Koalisi Nasional Suriah adalah gabungan beberapa kelompok oposisi, termasuk Dewan Nasional. Tapi Sadiq al Mousslie tidak setuju dengan tawaran Ketua Koalisi Nasional itu. ”Ini bertolak belakang dengan prinsip Dewan Nasional untuk tidak berdialog dengan rejim kejam ini, juga tidak dengan para pembantu dan pendukungnya.”

Perang Terus Berlangsung

Harian Suriah yang dekat dengan rejim, Al Watan berkomentar, tawaran ini datang dua tahun terlambat. Perundingan politik antara pemerintah dan kelompok oposisi di Suriah sekarang kelihatannya makin tidak mungkin. Pertengahan minggu ini, pasukan Suriah menyerang pos-pos pertahanan gerilyawan di sekitar Damaskus. Di Palmyra, daerah tujuan wisata yang terkenal dengan situs peninggalan masa lalunya, terjadi serangan bunuh diri.

Muaz Al-Khatib, Ketua Koalisi Nasional Suriah 02.02.2013 in München (Bayern)
Muaz Al-Khatib, Ketua Koalisi Nasional SuriahFoto: picture-alliance/dpa

”Situasi di lapangan sangat tidak menentu dan tidak bisa diramalkan,” kata Nadim Shehadi, pengamat politik dari Chatam House. ”Setiap saat situasinya bisa berubah secara mendasar.” Ia merasa yakin bahwa dalam kondisi ini tidak mungkin bisa dilakukan perundingan untuk menyelesaikan konflik. Sebab kedua partai yang terlibat perang punya pandangan yang sangat bertentangan tentang bagaimana mengakhiri konflik yang sudah berlangsung selama dua tahun ini. Rejim Suriah percaya bahwa masa transisi bisa dilakukan dengan melaksanakan pemilihan umum dan Assad maju sebagai salah satu calon. Artinya, rejim bisa tetap berkuasa dengan melakukan beberapa perubahan. ”Sedangkan pihak oposisi bersikeras, Assad dan rejimnya harus mundur, untuk memberi tempat bagi Suriah yang baru,” tandasnya.

Tekanan Internasional

Nadim Shehadi yakin, solusi politik tidak akan bisa dicapai tanpa tekanan internasional. ”Solusi idealnya adalah jika Rusia bisa membisikkan pada Assad, bahwa permainan telah usai. Seperti yang dia lakukan terhadap Milosevic di Serbia.” Ia menerangkan, yang memaksa Milosevic dulu mundur dari kekuasaan bukanlah serangan NATO, melainkan tekanan Rusia.

A Free Syrian Army fighter (on R, covered by dust) is shot in the head by a sniper from a wall Damascus February 3, 2013. REUTERS/Goran Tomasevic
Perang di Suriah terus berlanjutFoto: Reuters

Sampai saat ini, Rusia bersama-sama dengan Iran dan kelompok Hisbollah di Lebanon merupakan sekutu utama rejim Assad. Tapi Rusia mulai menyadari bahwa Assad tidak bisa dipertahankan terlalu lama lagi. Rusia ingin agar terjadi pergantian pimpinan dalam rejim di Suriah dan ada pembicaraan dengan pihak oposisi. Tapi bagi Shehadi, yang menentukan adalah sikap Amerika Serikat. ”Situasi di Suriah sebenarnya jauh lebih sederhana dari yang kita pikirkan”, katanya.

Yang sulit adalah situasi di Washington. Pemerintahan Obama ingin melaksanakan politik luar negeri yang lain dari pemerintahan George W Bush. Karena itu Obama membuka dialog dengan negara-negara Arab. Tokoh-tokoh politik demokrat ketika itu, antara lain John Kerry yang sekarang menjadi Menteri Luar Negeri dan Nancy Pelosi, sempat melakukan pembicaraan dengan rejim Assad.

Jika Obama mengubah politik dialognya, itu berarti ia harus mengakui bahwa politik itu gagal. Lawan politik Obama, yaitu kubu Republik, bisa saja mengatakan bahwa langkah yang benar untuk menumbangkan rejim adalah dengan melakukan intervensi militer, seperti yang dilakukan George W Bush. Itu sebabnya, pemerintahan Obama tetap mengutamakann dialog dan perundingan, demikian Shehadi.

Wakil Dewan Nasional Suriah di Jerman, Sadiq al Mousslie berpendapat, tanpa intervensi internasional di Suriah, perang akan terus berlangsung. Jadi dia menuntut bantuan logistik dan keuangan untuk para pejuang, atau paling sedikit bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah. Baru-baru ini, ibunya mengalami ancaman dan terpaksa melarikan diri dari Damaskus, karena kegiatannya di Dewan Nasional Suriah. Mousslie mengatakan jika ia sekarang kembali ke Suriah, ia pasti ditangkap. Jadi orang takut kembali ke Suriah selama rejim Assad belum digulingkan.