1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Cari Kebenaran di Tengah Perang Informasi

Michael Hartlep16 Maret 2015

Jika perang terjadi, yang pertama mati adalah kebenaran. Belakangan ini, itu bisa dilihat paling jelas saat perang di Krimea, Ukraina. Bagaimana jika orang mencari kabar yang benar, tapi hanya menemukan propaganda?

https://p.dw.com/p/1CEoA
Foto: picture alliance/Sergey Kovalev

Di taman kota Luhansk di Ukraina Timur terhampar sejumlah pecahan logam. Pemimpin pemberontak Wasili Nikitin berdiri di sebelahnya, bersama seorang wartawan dari kantor berita Reuters. Pecahan tersebut ditemukan tidak jauh dari lokasi itu, pada sebuah mobil yang berlumurkan darah, kata Nikitin. Baginya itulah bukti, bahwa pasukan Ukraina menggunakan bom curah dalam upaya memberantas gerakan separatis. Delapan orang tewas.

Tapi stasiun televisi nasional melaporkan versi lain. Kaum separatis menembakkan roket ke sebuah pesawat Ukraina, tetapi yang terkena adalah bangunan pemerintah lokal yang diduduki pemberontak. Jadi sebuah kecelakaan. Bagi Rodion Miroschnik itu propaganda murni. Ia bekerja sebagai wartawan di Luhansk, dan sudah bekerja sejak 25 tahun lalu pada kantor televisi regional Luhansk, Oblast TV.

Stasiun televisi milik swasta

"Itu kebohongan! Tapi itu sekarang sudah jadi hal normal di Ukraina," kata Miroschnik. Tapi di Ukraina memang sulit mendapat informasi yang sesuai kenyataan. Kantor berita terbesar, 5 Kanal TV, adalah milik milyarder Petro Poroshenko, yang beberapa waktu lalu terpilih sebagai presiden. Media-media lain di negara itu juga berada di tangan swasta.

Banyak media ini memberikan laporan yang berat sebelah. Pihak pemberontak tidak didengar sama sekali, kata Miroschnik. Atasannya di Kiev juga berusaha untuk mempengaruhi pemberitaan. "Mereka menetapkan bagaiman kami harus melaporkan kejadian di Ukraina. Mereka yang berjuang di sini harus disebut 'separatis' atau 'teroris', dan bukan 'pejuang kemerdekaan'."

Koresponden yang tidak disukai

Meskipun demikian ia tidak mendapat komentar negatif dari penduduk sekitar, lain dengan koresponden media milik pemerintah. "Warga meneriaki dan kadang juga memukuli mereka". Beberapa media terpaksa harus menarik koresponden mereka, ditambahkan Miroschnik. Itu hasil propaganda yang mereka siarkan, kata Miroschnik, "Orang melihat bahwa itu tidak benar."

Mana yang benar, mana yang tidak? Liydia Huzhva memberi jawaban berbeda atas pertanyaan ini. Sebenarnya ia sutradara. Tetapi sejak revolusi terjadi, ia membuat film dengan kamera kecilnya situasi di Maidan, Krim dan Ukraina bagian timur. Film-film yang diambilnya tidak dipotong sama sekali, dan disiarkan lewat internet secara live. Semua itu dilakukannya tanpa bayaran.

Aktivis jurnalisme Journalismus-Aktivisten

Saat ini, ia mendampingi sebuah satuan militer Ukraina, dan melaporkan live dari pertempuran. Itu membahayakan jiwa, tapi bagi Huzhva itu tugas bagi tanah airnya Ukraina. "Saya merasa harus melakukan sesuatu bagi negara. Saya tidak berani menembak, dan saya bukan dokter atau semacam itu. Jadi saya melakukan, apa yang bisa saya lakukan sebaik mungkin. Menulis dan membuat laporan."

Ia berpihak pada pemerintah di Kiev dan itu tidak mengganggunya sama sekali. "Kami seperti Fox News. Saya punya pendapat, dan itu saya katakan. Saya tidak mengatakan bahwa itulah kebenaran." Tetapi propaganda terutama tampak pada media-media Rusia. Baru-baru saja mereka menampilkan foto seorang anak yang tewas, katanya itu korban serangan pemerintah Ukraina. Kenyataannya, gambar itu berasal dari Krimea, dann sudah dari dua tahun yang lalu.

Propaganda

Juga foto kaum Tatar Krimea, yang kata media Rusia ikut dalam antrian panjang saat referendum tentang status Krimea, hanya propaganda saja, menurut Huzhva. "Saya ada di sana dan membuat laporan. Ada 30 orang Tatar, dan Rusia menyuruh mereka datang ke beberapa tempat pemberian suara untuk menunjukkan, bahwa warga Tatar mendukung referendum."

Menurut Huzhva, sejak revolusi di Maidan, pemberitaan lebih dekat pada kebenaran. Tapi apa maknanya kata-kata itu di negara yang terbelah dua? Jika berbicara mengenai penjelasan sebuah kejadian, batasan antara legitimasi dan diskreditasi sebuah kelompok kerap terjadi. Perang informasi jelas membelenggu wartawan Ukraina dari kedua pihak yang bermusuhan.