1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menanti Asap Putih

Bernd Riegert13 Maret 2013

Di London orang-orang bertaruh, apakah konklaf di Vatikan akan berakhir pada hari Rabu atau Kamis. Putaran ke-tiga pemungutan suara sebelum tengah hari Rabu (13/03/13) masih diakhiri asap hitam.

https://p.dw.com/p/17w3k
Foto: Reuters

Putaran pertama konklaf berakhir Selasa (12/03/13) malam dengan asap hitam yang mengepul dari cerobong kapel Sistina. Pemungutan suara diikuti oleh 115 kardinal. Dalam putaran yang oleh juru bicara Vatikan, Romo Federico Lombardi, disebut sebagai gladiresik ditentukan kandidat favorit untuk kursi Sri Paus.

Pada putaran berikutnya, kandidat akan menang bila mendapatkan dukungan 2/3 seluruh kardinal yang memiliki hak pilih, persisnya 77 suara.

Ribuan Menanti dalam Hujan

Di lapangan Santo Petrus puluhan ribu peziarah dan wisatawan memperhatikan warna asap dari kapel itu. Asap itu akan berwarna putih apabila Sri Paus baru sudah terpilih.

"Sejarah tengah dibuat di sini. Saya ingin melihatnya,” ungkap Ephrahim Balley asal Ethiopia yang menetap di Roma. “Saya bukan Katolik, tapi saya berharap Paus yang baru betul-betul membenahi gereja.”

Vatikan Papstwahl 13.03.2013 Schwarzer Rauch
Vatikan Papstwahl 13.03.2013 Schwarzer RauchFoto: Reuters

Ratusan kamera dari berbagai stasiun televisi internasional menyoroti pipa cerobong asap. Lebih dari 3.000 tim televisi memasang peralatannya di atap-atap gedung sekitar lapangan Santo Petrus. Ketika asap hitam terlihat pada pukul 19:42 hari Selasa terdengar desis keluhan dari khalayak yang segera bubar jalan. Meski begitu, pengunjung kembali memenuhi lapangan Rabu (13/03/13) pagi untuk mengikuti 4 putaran pemungutan suara stiap harinya, yang berlangsung hingga terpilih Sri Paus yang baru.

Dua Kubu Kuat

Dalam tahap awal tampak ada dua kubu yang kuat. Kaum "Vaticanisti", para koresponden ahli gereja pada media Italia menilai adanya kubu pro-reformasi gereja dan kubu "kalangan Roma“.

Anggota kubu pro-reformasi kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Mereka ingin memodernisasi struktur gereja dan mengorganisir baru gereja di Roma. Kandidat yang dijagokannya adalah Uskup Angelo Scola yang berusia 77 tahun dari Milan. Harian "La Stampa" menilai adanya peluang besar bagi Uskup Scola, yang dalam pemungutan suara pertama meraih 35 suara.

Vatikan Papstwahl 2013 Konklave
Foto: Reuters

Kubu "kalangan Roma“ terdiri dari kelompok elit petinggi gereja yang bermukim di Roma. Mereka mendukung Uskup Sao Paulo, Odilo Pedro Scherer yang berusia 63 tahun. Bila terpilih, uskup kepercayaan mantan Paus Benediktus XVI ini akan menjadi Paus pertama yang bukan keturunan Eropa.

Peluang bagi Kandidat dari Amerika?

Peluang bagi kandidat lain bisa terbuka apabila kedua kubu, pro-reformasi dan kalangan Roma gagal mendorong kemenangan kandidatnya. Nama seperti Uskup Quebec, Kardinal Marc Ouellet yang berusia 68 tahun, Uskup Agung Boston Sean Patrick O'Malley (68) dan Uskup Agung New York Michael Timothy Dolan (63) muncul sebagai kandidat yang bisa menjadi kompromi bagi kedua kubu itu.

Sementara banyak harian Italia mengangkat nama Uskup Agung Manila, Luis Antonio Tagle. Berusia 55 tahun, uskup asal Filipina ini merupakan uskup termuda dalam gereja Katolik dan bisa membuat gereja lebih menarik bagi kaum muda. Kandidat kuat lainnya adalah Uskup Agung dari Esztergom-Budapest, Peter Erdö yang berusia 60-tahun.

Vatikan Papstwahl 2013 Konklave
Foto: picture-alliance/AP Photo

Penggembala, Bukan Manajer

Uskup Agung Christoph Schönborn dari Wina, Austria, berulang kali mewanti-wanti kalangan jurnalis agar tidak mereduksi jabatan Sri Paus dan mengamatinya sebagai sekedar urusan duniawi. Wakil Kristus di dunia bukanlah seorang manajer atau direktur. "Persyaratan terpenting sebagai Paus adalah keyakinannya pada ajaran agama," dikatakan Kardinal Schönborn. "Sebuah masyarakat, seperti gereja Katolik yang berada di seluruh dunia, tentunya memerlukan kemampuan manajerial. Tapi itu bukan persyaratan utama yang diharapkan dari seorang Paus. Ia harus punya tim kerja yang baik.“ Ditekannya, seorang yang di keuskupannya memiliki track-record buruk dan meninggalkan bencana tidak mungkin terpilih sebagai Paus yang baru.