1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laserkanonen statt Gift gegen Unkraut

22 Mei 2012

Untuk membasmi gulma tanaman, petani lazimnya menggunakan herbisida. Kini para peneliti Jerman melakukan riset cara alternatif yang lebih ramah lingkungan, dengan tembakan laser.

https://p.dw.com/p/150E5
Foto: picture-alliance/chromorange

Penggunaan herbisida atau racun tanaman untuk membasmi gulma atau tanaman pengganggu di lahan pertanian dan perkebunan semakin memicu kontroversi selain juga ongkosnya mahal. Tapi kini semakin banyak gulma yang sulit dibasmi dan merugikan petani tanaman budidaya. Gulma ini bersaing dengan tanaman produksi, berebut cahaya matahari, air serta bahan makanan dalam tanah.

Landwirt versprüht Pflanzenschutzmittel Pestizide
Penyemprotan herbisida, mencemari lingkungan dan mahal.Foto: picture-alliance/ ZB

Sejak beberapa dekade terakhir, penggunaan herbisida atau bahan kimia racun tanaman juga semakin banyak dikecam. Dosis berlebihan serta penyebaran unsurnya oleh angin, dapat menimbulkan sedimentasi cemaran yang membebani tanah dan perairan.

Banyak petani belakangan beralih ke pertanian ekologis. Mereka sepenuhnya tidak lagi menggunakan herbisida. Untuk memerangi gulma, dilakukan penyiangan dengan tangan atau dengan membakarnya secara terarah. Cara semacam itu memang lebih ramah lingkungan. Tapi banyak gulma yang sulit diberantas dan bagi pertanian konvensional, cara semacam itu juga makan waktu dan tenaga.

Riset laser pembasmi gulma

Sebuah tim ilmuwan dari Universitas Leibniz dan pusat laser Hannover (LZH )kini melakukan penelitian cara alternatif pembasmi gulma. Yakni dengan pancaran laser. Dalam proyek ujicoba yang dibiayai perhimpunan riset Jerman (DFG), dipresentasikan rancangan, memerangi gulma di lahan pertanian menggunakan tembakan laser dari robot atau pesawat kecil tidak berawak.

Pancaran lasernya harus ditembakkan langsung ke pusat pertumbuhan gulma, agar tanaman pengganggu itu mati. Tapi energi lasernya juga harus disetel dengan tepat dan efektif pada jenis serta ketinggian tanaman pengganggu. Juga intensitas pancaran lasernya harus benar-benar pas.

Diodenlaser
Pancaran laser dengan intensitas tepat dapat secara efektif membasmi gulma.Foto: picture-alliance/dpa

Penelitian membuktikan, laser dengan intensitas energi yang terlalu rendah, justru mendorong pertumbuhan tanaman gulma. Artinya, penggunaan pancaran laser yang intensitasnya tidak tepat, justru berdampak kebalikan dari tujuan pembasmian tanaman pengganggu.

Robot cerdas dan mandiri

Robot-robot pembasmi hama juga harus mengenali jenis-jenis tanaman gulma, agar tidak menembakkan lasernya secara membabi buta. Robot harus menyisakan tanaman produksi agar tetap tumbuh dan bertahan hingga panen.

Untuk tujuan itu, robot-robot pembasmi gulma dipasangi kamera dan software khusus. Kamera berfungsi merekam citra tanaman, dan software mengukur kontur masing-masing tumbuhan, untuk membedakan antara tanaman produksi dan tanaman pengganggu. Dengan itu software juga dapat menghitung secara optimal pancaran lasernya.

Ujicoba di rumah kaca menunjukkan, areal tanaman seluar satu meter persegi dapat dibersihkan gulmanya menggunakan robot pemancar laser. Para peneliti memperhitungkan, penggunaan robot laser pembasmi tanaman pengganggu di rumah kaca atau kebun tertutup, dalam waktu dekat dapat diwujudkan. Juga minat dari industri pertanian untuk pembasmian gulma menggunakan laser cukup besar.

Sementara pengggunaan tembakan laser untuk memusnahkan gulma di ladang atau lahan pertanian terbuka masih cukup sulit. Pemasangan perangkatnya pada traktor atau mesin sejenis juga dinilai tidak mungkin, karena guncangan mesin akan membuat tembakan laser menjadi tidak akurat.

Untuk pertanian lahan terbuka, para ilmuwan merancang robot-robot terbang tidak berawak, yang bisa menembakkan laser lebih akurat dan terarah. Juga pemanfaatan tembakan laser di kawasan perairan, untuk memusnahkan gulma perairan, menjadi alternatif yang tepat.

Andreas Sten-Ziemons/Agus Setiawan

Editor : Vidi Legowo-Zipperer