1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Membayar Kepedulian Sipil dengan Nyawa

4 Desember 2014

Kepedulian sipil di Jerman bisa berujung pada kematian. Kasus Tugce ibarat membangunkan seluruh bangsa untuk bangkit melawan kekerasan dan praduga buruk terhadap warga migran.

https://p.dw.com/p/1Dyce
Mahnwache für Tugce vor Klinik in Offenbach 28.11.2014
Foto: picture-alliance/dpa/B. Roessler

Seorang mahasiswi keturunan Turki, Tugce Albayrak, membela dua gadis dari serangan pelecehan seorang remaja pria pertengahan November lalu di sebuah restoran cepat saji di kota Offenbach. Akibat pembelaan itu, ia dipukul bagian kepalanya, hingga jatuh ke lantai beton pelataran parkir dan koma.

Para dokter yang berusaha menolong dengan memasang alat bantu medis yang mempertahankan kehidupannya akhirnya angkat tangan. Pada tanggal 28 November bertepatan dengan ulang tahun ke 23 remaja perempuan keturunan Turki itu, keluarga memutuskan mencabut semua alat bantu medis. Tugce dinyatakan meninggal beberapa saat kemudian.

Tersangka pelaku, seorang pria remaja berusia 18 tahun saat ini masih meringkuk di tahanan pemeriksaan. Tersangka diketahui sering berurusan dengan polisi terkait tindak pidana ringan. Hingga kini tersangka bungkam dan polisi menyidik ke semua arah. Kedua remaja putri di bawah umur yang dibela Tugce sudah memberikan kesaksian kepada polisi.

Jasad Tugce dimakamkan Rabu (03/12/14) seusai sholat lohor dengan dihadiri ribuan pelayat. Presiden Jerman Joachim Gauck bahkan sudah mengisyaratkan mempertimbangkan pemberian bintang tanda jasa bagi Tugce atas dedikasinya yang harus dibayar dengan nyawa itu.

Pro kontra hukuman berat

Kini kasus kematian Tugce memicu lagi perdebatan panas terkait konsekuensi hukuman berat bagi pelaku, Menteri kehakiman Jerman menegaskan menolak memberikan hukuman berat, karena hal itu tidak akan mencegah kejahatan berat semacam itu. Ironisnya, menteri Maas juga mengimbau ditingkatkannya kepedulian sipil untuk mengurangi aksi kekerasan.

Sementara di sisi lain, para pembela hak asasi menuntut konsekuensi hukuman berat kepada pelaku semacam itu sebagai aksi penjeraan. Mereka juga menunjuk kasus serupa pada 2009 terhadap pengusaha Dominik Brunner yang juga harus meregang nyawa akibat membela empat siswa sekolah yang diancam dua remaja pria.

Terlepas dari pro kontra, lebih dari 160.000 sudah menyatakan dukungan lewat media sosial agar Tugce dianugerahi bintang jasa untuk dedikasinya itu. Almarhum Brunner mendapat bintang jasa atas pengorbanannya dan sebuah jalan di München juga diberi nama Brunner. Di jejaring sosial para simpatisan Tugce menulis: "juga jika bintang jasa tidak akan menghidupkan kembali kamu, tapi pemerintah layak menganugerahkannya. Kamu adalah panutan kami".

as/yf(dpa,afp,epd)