1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Melawan Seksisme

Joanna Impey1 November 2014

Mengalami pelecehan di trem, seorang perempuan London mengumpulkan kisah-kisah seksisme yang dialami banyak perempuan. Tanggapan menggebu dan proyeknya menarik perhatian kalangan pembuat kebijakan.

https://p.dw.com/p/18xPI
Foto: picture-alliance/dpa

Laura Bates, akademisi berusia 27 tahun, bekerja paruh waktu di London. Pelecehan seksual yang ia alami, mendorongnya untuk mulai melawan hal itu.

"Waktu itu, dalam perjalanan pulang naik trem saya berbicara di telepon dengan ibu, tiba-tiba seorang lelaki meraba-raba paha saya,” tuturnya kepada DW. "Dengan suara keras saya ucapkan apa yang berlangsung. ‘Ada laki-laki yang meraba saya.' Yang mengejutkan itu, tidak satu orangpun di trem itu yang berusaha membantu. Semua malah buang muka."

Bates mulai bertanya kepada teman-temannya mengenai pengalaman serupa. Ia menjadi lebih kaget lagi, karena nyatanya ia bukan sendirian.

"Setiap perempuan yang saya tanyai punya cerita pribadi. Bukan pengalaman di masa lampau, tetapi yang aktual, baru terjadi hari ini atau kemarin,” urai Bates. "Pelecehan seksual begitu sering terjadi, tetapi didiamkan saja, karena sudah dianggap sebagai hal yang normal.”

Everyday Sexism Project Laura Bates
Laura BatesFoto: DW/J. Impey

Bates berharap orang lain juga mengalami pencerahan seperti dirinya. Iapun berfikir, andaikan semua cerita para perempuan ini dikumpulkan dan bisa dibaca di satu tempat, maka akan terlihat bahwa seksisme itu masalah yang besar.

Berdampak besar

Inilah yang mendorong Bates memulai situs “Everyday Sexism”, seksisme dalam keseharian. Awalnya hanya beberapa perempuan yang menuliskan pengalaman mereka. Namun sebulan kemudian, Bates men-tweet komentarnya dan viral ke ribuan orang. Musim panas 2012, proyeknya diangkat oleh sebuah harian Inggris.

"Setelah itu bagai banjir bandang" ungkap Bates. "Semua surat kabar menulis tentang masalah ini, surat berdatangan dari seluruh dunia. Cerita-cerita menggunung, sekarang yang saya menerima hampir 1,000 kisah setiap harinya."

Bates berhenti bekerja sambilan sebagai aktris dan berkonsentrasi sepenuhnya pada proyek itu. Kebutuhan hidupnya ditutup dengan menjual tulisan ke majalah. Banyak relawan menawarkan jasa untuk memajukan situsnya.

Sukses Internasional

Belakangan Bates mulai aktif menggalang dana melalui platform crowd-funding atau pendanaan massal. Ia ingin agar situsnya lebih mudah digunakan oleh pembacanya dan bisa berfungsi di seluruh dunia. Sekarang situs ini melayani 15 negara termasuk Jerman, Rusia dan Brasil.

Lebih menarik lagi adalah keberhasilan Proyek “Everyday Sexism” di lingkungan perusahaan besar.

Mei lalu, Bates dan timnya meluncurkan kampanye Facebook agar komentar dan gambar-gambar misoginis dihapus, seperti yang dilakukan terhadap komentar dan materi yang rasis atau anti-gay dan lesbi.

"Itu capaian," komentar Bates. "Bagi mereka untuk menanggapi secara publik dan memberi komitmen atas tuntutan kami itu sangat mengagumkan, merupakan titik perubahan."

Kekuatan politik

Proyek “ Everyday Sexism” juga menarik perhatian kaum politisi. Anggota parlemen dari partai Hijau, Caroline Lucas menggunakan data situs Laura Bates ketika membahas soal seksisme di parlemen. Lucas mengaku kagum atas inisiatif itu. Ia optimis bahwa situs itu bisa membantu mendorong perubahan.

Banyak tweet di posting @EverydaySexism yang membuat dirinya berang. Misalnya: "berjalan ke sekolah bersama putri saya. Seorang lelaki yang mendadak keluar pintu hampir ditubruk oleh anak saya. Lelaki itu lalu berteriak 'Sexy baby!' , sambil menggoyangkan panggul dan merentangkan lebar lengannya. Usia putri saya empat tahun.”

Memberi kaum perempuan ruang guna bisa terbuka membahas masalah serupa adalah kunci dari proyek ini. Seksisme menurut Laura Bates perlu ditabukan, dan dikategorikan sebagai sikap diskriminatif yang tidak bisa diterima.