1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Melawan Macet dengan Twitter

28 Oktober 2013

Muak terjebak macet berjam-jam di jalanan ibukota Indonesia, Jakarta, ratusan ribu komuter aktif pengguna sosial media berkicau untuk mengatasi kemacetan serta membentuk komunitas “berbagi mobil”.

https://p.dw.com/p/1A75N
Foto: picture-alliance/dpa

Minimnya sistem transportasi publik di ibukota Negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu, ditambah dengan semakin kuatnya daya beli, dengan cepat menghasilkan kelompok pemilik kendaraan bermotor yang mengalihkan perhatian kepada Twitter untuk mengalahkan kemacetan.

Para pengguna jalan di Jakarta, kota dengan lalu lintas kicauan Twitter terpadat di dunia, menggunakan layanan microblog itu untuk mengingatkan sesama pengemudi lain mengenai jalan-jalan mana yang tersumbat.

Melarikan diri ke Twitter adalah manifestasi tindakan putus asa para pengendara di megapolitan dengan penduduk 10 juta jiwa, yang dikenal sebagai kota di dunia yang paling tidak ramah bagi para komuter, berdasarkan survei tahun 2011 yang dilakukan Frost and Sullivan.

Inisiatif mengatasi macet

Hendry Soelistyo adalah salah satu pionir yang menggunakan sosial media untuk mengatasi lalu lintas Jakarta, di mana para komuter sering menghabiskan waktu lima jam sehari diantara lautan mobil dan sepeda motor untuk pulang pergi ke tempat kerja.

Empat tahun yang lalu, pengusaha teknologi informasi (TI) itu membuat website www.lewatmana.com, sebuah situs dan akun Twitter di mana para komuter bisa berbagi informasi actual mengenai kondisi lalu lintas.

“Orang Indonesia sering memperbarui status di Facebook dan Twitter sepanjang waktu, jadi kami pikir, kenapa tidak berbagi informasi soal kemacetan lalu lintas”” kata Soelistyo.

Situs Lewatmana, tak hanya menyediakan informasi utama mengenai kemacetan, tapi juga jalan-jalan yang banjir atau lokasi-lokasi tempat berlangsungnya demonstrasi dengan tujuan agar para pengendara menghindari jalur tersebut.

Sistem itu mengandalkan informasi dari para penggunanya, selain juga 100 kamera CCTV yang dipasang di jendela-jendela perkantoran di seluruh kota untuk memonitor kemacetan dan mengirimkan gambar melalui Twitter.

Jasa layanan itu, rata-rata mengatur pertukaran informasi lebih dari 14.000 tweet per bulan, dan terbukti menjadi hit dan mempunyai sekitar 200.000 pengikut.

Upaya lainnya untuk mengatasi kemacetan Jakarta melalui Twitter adalah sebuah komunitas “berbagi mobil” yang disebut Nebengers, yang diambil dari kata tebeng dan bertujuan untuk mengurangi jumlah kendaraan di pusat kota.

Gouverneur von Jakarta Joko Widodo
Gubernur DKI Joko Widodo mengemban tugas berat mengatasi kemacetan Jakarta yang akutFoto: ADEK BERRY/AFP/GettyImages

“Nebengers itu seperti sebuah terminal mobil virtual, di mana kira bisa ikut nebeng ke sekolah atau ke kantor,” kata salah seorang pendirinya bernama Andreas Aditya Swasti, 27.

Adalah hal yang langka untuk memberikan tumpangan kepada orang asing di Indonesia, tapi Nebengers diam-diam telah menarik sekitar 40.000 pengikut di Twitter dengan lebih dari 400 pengguna aktif jasa itu setiap hari, entah untuk memberikan atau mendapatkan tumpangan.

Orang-orang menawarkan kursi di mobil mereka kepada orang lain yang mempunyai rute yang sama, dua jam sebelum mereka berangkat.

Ratna Mayasari, yang bekerja di pusat kota dan menawarkan tumpangan gratis dari rumahnya di kawasan selatan Jakarta, mengatakan layanan ini membantu dirinya mendapatkan teman untuk menghabiskan satu setengah jam perjalanan mengarungi kemacetan.

“Sebelumnya, saya biasanya bernyanyi sendiri atau menggerutu saat macet, tapi kini saya menemukan teman untuk melakukannya bersama-sama dengan saya,” kata dia.

Dengan sistem transportasi publik yang bobrok dalam melayani warga ibukota dan ‘booming' jumlah kendaraan baru serta pengendara sepeda motor yang sangat banyak berkeliaran di jalanan setiap hari, warga Jakarta memerlukan jasa pertolongan virtual seperti itu sebagai cara mengatur kemacetan.

Booming kendaraan bermotor

Antara tahun 2000 hingga 2010, jumlah sepeda motor di jalan-jalan Jakarta bertambah 460 persen dan jumlah mobil meningkat 160 persen, demikian data Japan International Cooperation Agency (JICA).

Lembaga yang didirikan oleh pemerintah Jepang itu memberikan bantuan dana dan saran, dalam membantu Jakarta mengatasi masalah lalu lintas.

Sejumah upaya yang dilakukan pemerintah kota untuk mengurangi jumlah kendaraan, misalnya dengan menaikkan dua kali lipat bea parker, terbukti secara luas tidak efektif. Inisiatif terbaru adalah dengan menurunkan petugas untuk mencabut pentil ban mobil dan motor yang parkir di tempat terlarang.

Transportasi publik yang sebagian besar terdiri dari bus tua yang menyemburkan asap hitam beracun, kereta dan minibus dengan kelebihan penumpang, telah terbukti menjadi pilihan yang tidak menarik bagi kelas menengah yang tumbuh cepat dan mampu membeli mobil.

Pemda DKI kini telah memulai pembangunan sistem transportasi massal MRT – kereta bawah tanah dan monorel – yang telah puluhan tahun diimpikan warga Jakarta.

Tapi beberapa tahun sebelum semua proyek itu selesai, para pengguna Twitter di Jakarta harus mengelola sendiri kesemrawutan jalan-jalan ibukota.

“Di mana lagi anda bisa menemukan warga yang menyibukkan diri dengan mengatur lalu lintas? Indonesia mungkin adalah yang paling aktif, karena di negara lain pemerintah yang melakukannya,“ kata Soelistyo.

ab/rn (afp,rtr,ap)