1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Matteo Renzi Canangkan Reformasi Italia

Kirstin Hausen26 Februari 2014

Perdana Menteri Italia yang baru, Matteo Renzi, mencanangkan reformasi menyeluruh. Tapi masih banyak pemilih Italia dan anggota partainya sendiri yang meragukan kemampuan tokoh muda ini.

https://p.dw.com/p/1BF60
Foto: Reuters

"Subito", yang artinya "segera", adalah salah satu kata yang paling sering disebut oleh Matteo Renzi, pemimpin baru Italia yang berusia 39 tahun. Ia berjanji akan melakukan perubahan radikal, dengan langkah reformasi setiap bulan.

Bagaimana ia akan melakukan itu, ini menjadi rahasia tersendiri. Karena koalisi yang mendukung Renzi di parlemen adalah koalisi yang sama, yang sebelumnya mendukung pendahulunya, Enrico Letta. Dan selama kepemimpinan Letta, parlemen justru menghambat reformasi birokrasi dan pembaruan undang-undang pemilu.

Jadi, media Italia memandang kenaikan Matteo Renzi dengan skepsis. Apalagi, ia belum memiliki pengalaman politik sebagai anggota kabinet. Harian "Corriera della Sera" menulis, semuanya sekarang ada di pundak Renzi.

Harian "La Stampa" meragukan kemampuan Matteo Renzi memimpin Italia keluar dari krisis ekonomi yang mendera negara itu. Banyak yang bertanya, apa yang membedakan Renzi dari perdana menteri sebelumnya.

Banyak pemilih masih ragu

"Kita hanya menggganti wajah baru di pucuk pemeritahan. Tapi politik Renzi sama saja dengan politik Letta", kata seorang pemilik restoran di pusat kota Milan. Para pejalan kaki yang lain juga pesimis. "Lagi-lagi kita mendapat perdana menteri baru, yang tidak memenangkan pemilu", kata seorang perempuan yang sedang memandangi etalase toko sepatu.

Sejak 2011, Italia sudah punya tiga perdana menteri. November 2011 Presiden Giorgio Napolitano mengangkat Mario Monti sebagai pengganti Silvio Berlusconi yang gagal membawa Italia keluar dari krisis. Februari 2013 diadakan pemilu, tapi tidak ada aliansi politik yang mampu mencapai mayoritas di parlemen. Akhirnya, Presiden Napolitanio menunjuk Enrico Letta untuk memimpin koalisi besar.

Dua minggu lalu, Letta menyatakan pengunduran diri, setelah mendapat kritikan gencar dari tokoh muda yang sedang naik bintang, Matteo Renzi, yang sebelumnya terpilih menjadi Ketua Partai Demokrat (PD), menggantikan Letta.

Bersekutu dengan Berlusconi?

Matteo Renzi mengatakan, ingin memerintah sampai berakhirnya masa legislatur tahun 2018. Alasannya, masih banyak langkah pembaruan yang harus dilakukan. Padahal menurut jajak pendapat, sebagian besar pemilih Italia ingin agar dilaksanakan pemilu baru akhir tahun ini.

"Tadinya kami berharap, dia (Renzi) bisa memimpin kami memenangkan pemilu baru", kata Pippo Civati, anggota parlemen dari PD. Ia khawatir, kebijakan Renzi akan mengakomodasi kepentingan politik para pendukung Berlusconi. "Yang paling senang dengan penggantian ini adalah Berlusconi," tukasnya.

Italia memang masih menghadapi masalah besar. Karena itu, para pendukung Berlusconi di partai "Forza Italia" berspekulasi, Renzi harus mendekati mereka, atau Italia akan terjerumus dalam krisis yang lebih berat lagi. Jika Renzi gagal membawa perbaikan, ini juga akan menguntungkan kubu Berlusconi, yang tetap memainkan peran penting di panggung politik Italia.