1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jokowi Tinggalkan KIH?

30 Januari 2015

Sikap PDIP terkait pencalonan Budi Gunawan memaksa Jokowi bermanuver. Sang Presiden membuka pintu bagi Koalisi Merah Putih untuk berkuasa. Kini kepanikan menyebrang ke tubuh PDIP.

https://p.dw.com/p/1ETJG
Indonesien Treffen Prabowo Subianto mit Präsident Joko Widodo in Jakarta
Foto: Reuters/Beawiharta

Hari-hari ini Jakarta sesak oleh kabar pertemuan elit politik. Koalisi Indonesia Hebat berkumpul di Jl. Teuku Umar, kediaman Megawati. Lusinan petinggi partai, termasuk anggota Dewan Pertimbangan Presiden, Rusdi Kirana, turut hadir. Adapun Koalisi Merah Putih sudah lebih dulu merapatkan barisan di Bakrie Tower, Kamis malam (29/01/15).

Rembugan elit politik itu bukan datang tiba-tiba. Penyebabnya adalah manuver teranyar yang dilakoni Presiden Joko Widodo dalam kisruh seputar pencalonan Budi Gunawan sebagai kapolri. Pertemuan paling menentukan terjadi Kamis (29/01/15) siang di Bogor. Di tengah hujan yang mengguyur, Jokowi menyambut kedatangan tokoh KMP, Prabowo Subianto.

Bertolak dari Istana, bekas capres Gerindra itu langsung meluncur ke Jakarta untuk menghadiri pertemuan KMP. "Saya komitmen untuk dukung usaha bersama kita, beliau adalah eksekutif dan kami di luar eksekutif. Sama-sama ingin menjaga keutuhan bangsa," ujarnya.

Manuver Mencari Dukungan di Luar KIH

Perkembangan kasus Budi Gunawan secara perlahan menggeser percaturan politik di Jakarta. Saat ini Koalisi Merah Putih yang hingga beberapa pekan lalu masih gigih menjegal pemerintah, tiba-tiba diisukan bakal menggeser KIH sebagai koalisi pendukung eksekutif.

Kepada Tempo, peneliti LIPI Siti Zuhro mengatakan, Istana Negara sedang "Mencari dukungan rakyat dengan membentuk tim independen, lalu mencari dukungan oposisi. Jokowi sadar dia tak boleh deadlock."

Sejak awal Jokowi memang terkesan berupaya mengulur waktu. Pembentukan Tim Sembilan adalah satu dari sekian upayanya keluar dari tekanan. Ironisnya langkah sang presiden memicu kegelisahan di partai yang menjadi kendaraan politiknya sendiri, PDIP.

Bola Panas di Tangan KIH

Masinton Pasaribu, anggota Fraksi PDIP yang juga bekas aktivis masih sempat menyuarakan keraguannya pada obyektivitas tim sembilan. "Ada tendensi dukungan pada pimpinan KPK," dari sebagian anggota tim, ujarnya.

"Rekomendasi Tim Sembikan juga tidak wajib dilaksanakan. Karena sejak awal Tim Sembilan tidak independen." Ucapannya itu memperjelas sikap PDIP yang ngotot ingin mencalonkan Budi Gunawan.

Kini dengan Koalisi Merah Putih di depan pintu, KIH yang dimotori duet Megawati-Surya Paloh mulai tersudut. Dalam pertemuan di Teuku Umar kabarnya para elit KIH antara lain mulai mengendurkan sikap dan mencari jalan tengah dalam kasus Gunawan.

Boleh jadi PDIP mendengarkan kritik salah satu petingginya ke arah Jokowi belum lama ini. Terkait Koalisi Merah Putih, Effendi berkata "Mana mungkin kelompok tertentu menunggu 5 tahun untuk dapat kekuasaan. Kalau bisa diambil sekarang ya langsung saja," ujarnya sebelum mewanti-wanti, "Mas Jokowi hati-hati njenengan."

rzn/yf (berbagai sumber)