1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Makin Banyak Lansia Kuliah Lagi di Jerman

Dyan Andriana Kostermans/Yuniman Farid1 Maret 2013

"Lebenslanger Lernen“ atau belajar seumur hidup punya arti khusus di universitas Jerman. Makin banyak senior atau lansia kuliah lagi. Kebanyakan jadi mahasiswa pendengar, tapi berbeda dengan di Frankfurt .

https://p.dw.com/p/17nxD
Alles lauscht, wenn der Professor spircht. Von den Ü-60-Studierenden tippt keiner während der Vorlesung ins Smartphone. Studierende der U3L in Frankfurt, vorne am Pult steht Professor Günther Böhme, Mitbegründer der U3L, der mittlerweile stramm auf die 90 zu geht. Foto: Bianca von der Au, 10.4.2011
Foto: DW/B. von der Au

Mahasiswa di Jerman biasanya berumur awal atau pertengahan 20 tahun, baru menempuh ujian akhir SMU Abitur dan mempersiapkan diri untuk kehidupan kerja. Tapi di Uni atau perguruan tinggi Jerman ada yang disebut Seniorenstudenten (mahasiswa lansia). Kebanyakan umurnya di atas 60 tahun, sudah lama pensiun dan mereka kebanyakan menempuh kuliah karena minat besar akan jurusan tertentu.

Tidak ada bentuk yang seragam ppada Seniorenstudium atau kuliah bagi mahasiswa lansia di Jerman. Biasanya mahasiwa lansia bergabung di ruang kuliah sebagai apa yang disebut mahasiswa pendengar di antara mahasiswa yuniornya. Siapa yang menjadi mahasiswa pendengar (Gasthörer) membayar sekitar 100 Euro per semester dan boleh mengikuti berbagai kuliah. Tidak ada syarat Abitur (ijazah SMU) tapi ia juga tidak boleh mengikuti ujian.

Blick über das Gelände des Campus Westend der Johann Wolfgang von Goethe-Universität in Frankfurt am Main am 13.03.2012. Foto: Arne Dedert dpa/lhe
Universitas Johann Wolfgang von Goethe di FrankfurtFoto: picture-alliance/dpa

Berbeda dengan kebanyakan universitas di Jerman, pada Universitas Goethe di Frankfurt mahasiswa lansia tidak duduk sebagai mahasiswa pendengar melainkan menjadi mahasiswa Universität des 3.Lebenalters (universitas usia ke-3), U3L. Jadi ibarat universitas di dalam universitas. Tawaran jurusannya cukup beragam seperti di Universitas Goethe sendiri.

Gagasan untuk studi bagi lansia muncul tahun 1982, kata pimpinan U3L, “Ada gerakan membuka universitas bagi warga lanjut usia dan Frankfurt termasuk yang ikut sejak awal. Juga Oldenburg, Dortmund dan Marburg ada dalam kelompok pertama ini.”

3500 Mahasiswa Lansia

Dulu di Universitas Goethe bentuknya masih campuran, artinya lansia dapat memilih mata kuliah dari kuliah regular yang ditawarkan fakultas bersangkutan, tapi sudah ada struktur terpisah U3L khusus untuk lansia. Tahun 2005 Uni Frankfurt mulai menetapkan peraturan, yang hanya memperbolehkan warga lansia mengikuti kuliah yang ditawarkan U3L. Pimpinan Universitas Goethe ingin pemisahan antara mahasiswa tua dan muda, untuk mengendalikan serbuan mahasiswa. Sementara ini di Frankfurt ada 3500 mahasiswa lansia.

Pengurus di U3L tidak hanya melihat segi positif dari aturan pemisahan ini, "Banyak dosen menelfon kami dan mengatakan, sangat disayangkan bahwa mahasiswa lansia tidak datang lagi. Kuliah pada jurusan Bahasa Afrika hanya diikuti oleh, 10, 11 mahasiswa. Jika mahasiswa lansia ada, yang pernah tinggal tahunan di Afrika,  mereka merupakan aset bagi perkuliahan."

Apakah Yang Tua Mengambil Tempat yang Muda?

Tuduhan yang sering dilontarkan terhadap mahasiswa lansia adalah mereka mengambil tempat mahasiswa muda. Pendapat mahasiswa di Uni Frankfurt tentang ini berbeda. Banyak yang merasa dapat mengambil keuntungan dari mahasiswa berusia tua. Tapi seorang mahasiswa mengatakan, "Masalahnya juga orang-orang yang tua kuliah dengan tujuan berbeda dibanding mahasiwa muda. Selain itu mereka lebih aktif mengerjakan tugas-tugasnya dan sering menanyakan pertanyaan yang tidak menarik, itu justru mengganggu jalannya kuliah.“

in den Vorlesungen der U§L sieht man viele graue Haare und Lesebrillen, die meisten Studenten haben ihr Berufsleben schon hinter sich. Hörsaal der der Goethe-Uni in Frankfurt. Foto: Bianca von der Au, 10.4.2011
Senioren Studenten alias mahasiswa lansiaFoto: DW

Dan tidak semua mahasiswa lansia ingin bercampur di antara rekan se-almamaternya yang muda. Sebagian lebih suka berkumpul dengan rekan seumurnya, demikian kata mahasiswi berusia 67 tahun Brigitte Remi. “Bagi saya lebih enak mengunjungi U3L, karena saya merasa tidak mengambil tempat kaum muda. Saya merasa senang di sini."