1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lima Simfoni Karya Beethoven

Marjory Linardy26 September 2008

Sembilan simfoni karya Beethoven menjadi karya paling gemilang dan terkenal dari sang komponis. Selain itu, karya-karya ini juga mempengaruhi banyak komponis di jaman setelah Beethoven, sampai ke masa modern.

https://p.dw.com/p/FP6J
Foto: AP

Simfoni No. 2 dalam D-Mayor, op. 36

Ludwig van Beethoven (1770-1827) membuat komposisi ini tahun 1801/02. Ia juga memimpin sendiri pagelaran karya ini untuk pertama kali, yaitu tanggal 5 April 1803 di gedung pertunjukan yang bernama “Theater an der Wien“ di kota Wina, Austria. Walaupun secara resmi karya ini selesai tahun 1802, kemungkinan besar segera sebelum penerbitannya, Beethoven mengadakan perubahan lagi.

St. Marien Heiligenstadt Thüringen
Gereja St. Marien di Heiligenstadt

Simfoni No. 2 dan proses pembuatannya dianggap sebagai saksi penting kemelut yang dihadapi Beethoven. Ia mulai membuat karya itu, saat sudah jelas bahwa pendengarannya semakin berkurang. Selain itu diperkirakan, simfoni ini juga memiliki kaitan dengan apa yang disebut “Heiligenstädter Testament”, yang ditulis Beethoven musim gugur 1802. “Heiligenstädter Testament” adalah surat yang ditulis Beethoven saat berada di tempat permandian dan sumber air di Heiligenstadt, untuk mendapatkan perawatan bagi Otosklerosis yang dideritanya. Dalam surat itu Beethoven menuangkan keputusasaan akan pendengarannya yang semakin terganggu. Tetapi saat surat itu ditulis, Simfoni No. 2 sudah hampir selesai.

Meskipun ada kaitan dengan kesulitan yang dihadapinya, Simfoni No. 2 penuh dengan pernyataan positif yang dituangkan dalam rangkaian nada. Sehingga Beethoven kemungkinan besar tetap berharap akan sembuh. Hal itu juga dikatakan sang komponis dalam surat kepada teman sekolahnya Franz Gerhard Wegeler, yang ditulis saat mengerjakan komposisi itu: “Saya akan menggenggam takdir di batang lehernya. Nasib pasti tidak akan pernah berhasil menaklukkan saya.“


Simfoni No. 3 dalam Es-Mayor, op. 55

Karya ini juga dikenal dengan nama “Eroica“. Dimainkan untuk pertama kalinya bagi masyarakat umum tanggal 15 Januari 1805. Tetapi setahun sebelumnya, karya ini sudah dimainkan di istana bangsawan Lobkowitz yang kerap membiayai Beethoven. Bagi kritikus di masanya, karya itu dari segi teknik dan formal sangat rumit. Komposisi itu dianggap memiliki ide besar dan berani, tetapi untuk masa itu Simfoni No. 3 terutama dianggap terlalu panjang. Hubungan dengan Napoleon pertama-tama diberikan oleh Beethoven sendiri. Namun ia kemudian melupakan ide itu dan judul sampingan karya ini hanya: “Simfonia Eroica, ingatan untuk seorang tokoh besar“.

Eugene Delacroix, Die Freiheit führt das Volk
Sebagian dari lukisan Eugene Delacroix (1798-1863) yang berjudul "Kebebasan Memimpin Rakyat"Foto: picture-alliance/dpa

Saat berusia muda, Ludwig van Beethoven adalah pendukung Revolusi Perancis (1789-1799). Ia juga pengagum Napoleon Bonaparte, yang menyebarkan ide-ide kebebasan melalui penetapan undang-undang dan perang di seluruh Eropa. Di jaman itu Napoleon kerap dibanding-bandingkan dengan tokoh Prometheus dalam mitologi Yunani, yang separuh dewa.

Menurut mitologi Yunani, Prometheus mencuri api yang dimiliki dewa-dewi, dan memberikannya kepada manusia. Dalam cerita ini api menjadi simbol akal budi. Dengan hadiahnya itu, manusia menjadi sempurna dan bebas. Sehingga di jaman "Aufklärung" (Inggris: Enlightment) atau Pencerahan di Eropa Barat, yaitu abad 17 dan 18, Prometheus dipandang sebagai pahlawan.

Simfoni No. 5 dalam C-Minor, op.67

Ludwig van Beethoven sudah mulai menulis komposisi ini tahun 1800. Tetapi penyelesaian sepenuhnya baru dilakukan dari bulan April 1807 sampai awal tahun 1808.

Komposisi ini adalah salah satu simfoni paling terkenal karya Beethoven, dan salah satu karya musik klasik yang paling populer. Simfoni No. 5 juga dikenal dengan nama “Simfoni Takdir”. Tetapi nama ini tidak diberikan sang komponis, melainkan Anton Schindler yang pertama kali menulis biografi Beethoven, sehingga sekarang kebanyakan tidak digunakan lagi.

Peter Iljitsch Tschaikowsky
Komponis Rusia Pyotr TchaikovskyFoto: dpa

Dalam interpretasi karya Beethoven yang berlangsung sampai abad ke 20, Simfoni No. 5 dianggap sebagai cerita tentang kekalahan dan kemenangan, tentang pertarungan nasib manusia yang berlangsung seumur hidup, juga tentang penderitaan dan pembebasan dari kesengsaraan, yang dituangkan dalam musik. Seperti halnya Simfoni No. 9 yang berakhir dengan “Ode an die Freude“, Simfoni No. 5 juga memiliki ide dasar “per aspera ad astra“, atau melalui kegelapan malam menuju cahaya, yang maknanya: melalui kesulitan untuk mencapai kebahagiaan. Itu dituangkan dalam penggunaan tangga nada c-minor dan c-mayor, yang menjadi dasar pemikiran kebudayaan Eropa.

Johannes Brahms
Johannes BrahmsFoto: picture-alliance/ dpa

Walaupun pemahaman simfoni karya Beethoven ini sekarang sudah agak berubah, Simfoni No. 5, seperti halnya No. 3 dan No. 9 berpengaruh besar bagi karya klasik abad 19. Misalnya dalam karya-karya Johannes Brahms, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, Anton Bruckner dan Gustav Mahler. Selain itu, karya Beethoven ini juga mampu menarik perhatian baik penggemar musik klasik maupun orang yang kurang memperhatikan jenis musik ini. Dan itu bukan hanya karena motif awalnya, yang memiliki kekuatan ritme besar melalui permainan semua alat musik gesek, yang melantunkan melodi yang sama atau unisono.


Simfoni No. 6 dalam F-Mayor, op. 68

Simfoni No. 6 atau juga dikenal sebagai “Pastorale” selesai komposisinya tahun 1807 dan 1808. Pada saat bersamaan Beethoven juga membuat Simfoni No. 5. Kabarnya Simfoni No. 6 dibuat di daerah bernama Nußdorf dan Grinzing yang dulu menjadi daerah pinggiran kota Wina. Di antara kedua daerah itu mengalir sungai Schreiberbach. Menurut penulis biografi Beethoven, Anton Schindler di sinilah tempat sang komponis menulis bagian kedua Simfoni No. 6 yang berjudul “Szene am Bach“ atau adegan di tepi sungai. Tetapi menurut peneliti Beethoven, Barry Cooper, bagian kedua itu dibuat di daerah Dornbach. Dan ini dapat dibuktikan melalui sejumlah catatan Beethoven.

Simfoni No. 5 dan 6 dipertunjukkan pertama kali dalam konser selama empat jam tanggal 22 Desember 1808, di bawah pimpinan Beethoven sendiri. Konser itu diadakan di gedung pertunjukan “Theater an der Wien“. Beehoven mempersembahkan Simfoni No. 6 bagi bangsawan Franz Joseph von Lobkowitz dan bangsawan dari Rusia Rasumovskij.

Feldweg
Foto: Fritz-Peter Ney

Dasar karyanya ini, yang kemudian mempengaruhi komponis lainnya, adalah kesan-kesan yang didapat seorang penduduk kota yang pergi ke daerah pedesaan dan melihat alam. Pada partiturnya Beethoven menambahkan keterangan: karya ini lebih berupa tampilan perasaan dan bukan penggambaran keadaan. Namun demikian, dengan sejumlah instrumen sang komponis meniru suara burung-burung, langkah pengelana, suara air yang bergemericik, juga suara guntur dan badai.

Bagian satu hingga lima dalam Simfoni No. 6 masing-masing mempunyai judul yang menunjukkan suasana yang harus ditimbulkan jika musik dimainkan. Bagian satu berjudul: bangkitnya perasaan riang saat tiba di daerah pedesaan. Bagian kedua: adegan di tepi sungai. Yang ketiga: pertemuan penduduk desa yang gembira. Judul bagian keempat: guntur dan badai, dan yang terakhir: nyanyian penggembala, perasaan senang dan bersyukur setelah badai berlalu.


Simfoni No. 9 dalam D-Minor, op. 125

Friedrich von Schiller
Friedrich SchillerFoto: dpa

Karya Ludwig van Beethoven ini adalah simfoni terakhir yang selesai dibuat. Diperdengarkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat umum tanggal 7 Mei 1824 di gedung pertunjukan Kärntnertortheater. Karya ini mempengaruhi seluruh musik di masa Romantik (abad ke-19) hingga jaman modern. Selain itu komposisi Beethoven ini juga menjadi karya puncak dari seluruh simfoni. Ini juga karya musik klasik yang paling terkenal di seluruh dunia.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah simfoni, karya ini memerlukan solis dan paduan suara yang bernyanyi di bagian akhir komposisi. Sebagai kata-katanya Beethoven memilih puisi karya Friedrich Schiller, “An die Freude“, yang dimulai dengan kalimat terkenal “Freude, schöner Götterfunken“, yang berarti: kesenangan, cahaya ilahi yang indah. Melodinya dikenal di Indonesia melalui lagu berjudul ”Song of Joy“. Tahun 1972 tema utama bagian terakhir Simfoni No. 9 menjadi Himne Eropa, dan tahun 1985 melodi ini resmi menjadi Himne Uni Eropa.

Puisi karya Friedrich Schiller “An die Freude“ untuk pertama kali diterbitkan tahun 1786. Segera setelah itu Beethoven mulai mempertimbangkan untuk menuangkan puisi itu ke dalam melodi. Saat itu Beethoven sudah tinggal di Wina. Catatan pertama untuk Simfoni No. 9 mulai ditulis tahun 1815. Sementara penyelesaian akhirnya baru tahun 1824. Bagian keempat atau yang terakhir, yang memuat puisi Schiller diselesaikan Beethoven saat bertempat tinggal di apartemen di jalan Ungargasse no. 5, di Wina. Oleh sebab itu Wina dianggap tempat kelahiran Himne Eropa.