1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lewat Jalur Tikus Menuju Mars

26 Desember 2014

Perjalanan menuju Mars menyimpan bahaya terselubung dan memakan waktu lama. Kini ilmuwan mencetuskan jalan pintas yang tidak hanya lebih fleksibel, tapi juga menghemat bahan bakar.

https://p.dw.com/p/1EAMB
Raumfahrt Nasa will neue Schwerlast-Trägerrakete ab 2018 Space Launch System
Konsep roket penopang, Space Launch System, yang rencananya akan digunakan NASA untuk menerbangkan manusia ke MarsFoto: picture-alliance/dpa/NASA

Planet Mars menyimpan mimpi petualangan alam semesta yang hingga kini belum terwujud. Planet merah itu merupakan tujuan manusia selanjutnya, sejak astronot Eugene Cernan menjadi manusia terakhir yang berjejak di Bulan 42 tahun lalu.

Badan Antariksa AS, NASA, tidak ingin gegabah. Perjalanan ke Mars paling cepat memakan waktu enam bulan. Astronot pun minimal harus mampu bertahan hidup selama satu tahun di Mars sebelum konstelasi planet mengizinkan perjalanan pulang dengan aman dan cepat.

Kini dua ilmuwan, Francesco Topputo und Edward Belbruno, mengusulkan jalur baru yang tidak cuma melepas ketergantungan dari konstelasi planet, tetapi juga membutuhkan bahan bakar lebih sedikit ketimbang konsep yang selama ini diusung NASA.

Tergantung konstelasi planet

Selama ini setiap perjalanan ke Mars menggunakan rute yang disebut dengan transfer orbit Hohmann. Rute tersebut memberikan jendela waktu yang singkat karena bergantung pada konstelasi Bumi dan Mars, agar waktu perjalanan berkisar maksimal enam bulan.

Sialnya konstelasi yang tepat hanya terjadi setiap dua tahun sekali. Di luar itu, pesawat luar angkasa tidak cuma harus terbang lebih lama, tetapi juga berhadapan dengan risiko yang lebih besar. Transfer orbit Hohmann juga menuntut setiap pesawat ruang angkasa melakukan manuver pengereman menjelang masuk ke orbit, karena pesawat melaju lebih cepat ketimbang planet Mars sendiri.

Sebaliknya rute yang diusulkan Belbruno dan Tapputo tidak memerlukan manuver pengereman. Dalam konsep yang dinamakan transfer energi rendah itu, pesawat tidak terbang langsung menuju Mars, melainkan melambung dengan kecepatan rendah.

Manfaatkan Gravitasi

Planet Mars yang bergerak lebih cepat di lintasan orbitnya akan muncul di belakang dan memeluk pesawat dalam gaya gravitasinya. Fenomena itu dikenal dengan nama Ballistic Capture. "Disitulah letak sihirnya. Seperti terbang dalam formasi," kata Belbrunno kepada jurnal ilmiah "Scientific American."

Dengan begitu pesawat tidak lagi memerlukan manuver pengereman yang berarti menghemat bahan bakar sebesar 25 persen-

Metode ini bukan hal baru. Belbruno pernah memproyeksikan jalur terbang wahana ruang angkasa nirawak milik Jepang, Hiten ke Bulan tahun 1991. Saat itu ia menggunakan teknik yang sama.

Usulan Belbruno mendapat sambutan dari NASA. "Ini membuka prespektif baru buat kami," kata James Green direktur divisi sains planet NASA kepada jurnal ilmiah "Scientific American." Dengan metode itu, NASA, bisa menghemat sumber daya dan uang.


rzn/as