1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

200410 Flugchaos Klima

21 April 2010

Kesunyian di langit ketika laragan terbang diberlakukan, dirasakan oleh banyak orang sebagai efek sampingan yang positif dari „krisis gunung berapi“ di Islandia.

https://p.dw.com/p/N1wu
Semakin tinggi pesawat terbang, semakin mengotori udaraFoto: AP

Walaupun dampak positif pada iklim tidak langsung nampak, efeknya sesungguhnya sangat besar. Jan Burck adalah pakar iklim dari organisasi non-pemerintah, Germanwatch. Ia menjadikan jumlah emisi untuk lalu-lintas udara di Eropa sebagai patokan kalkulasinya untuk menghitung berapa jumlah karbon dioksida yang TIDAK terproduksi ketika larangan terbang diberlakukan. Jan Burck menuturkan, "kami menghitung jumlah karbon dioksida yang sementara ini tidak diproduksi setiap hari. Menurut kalkulasi kami, kira-kira lebih dari saru juta ton CO2 tidak diproduksi. Dan untuk satu minggu, jumlahnya hampir sama dengan yang dikeluarkan oleh Latvia dalam satu tahun atau satu persen dari jumlah emisi Jerman. Itu cukup banyak.“

Namun Burck menekankan, itu hanya taksiran. Karena tidak semua penerbangan di Eropa dibatalkan. Dan penerbangan transatlantik dari Amerika Serikat dan Kanada tidak dimasukkan dalam penghitungan. Menurut Germanwatch perhitungannya cukup realistis. Melihat dari perspektif para pakar iklim, terbang merusak iklim. Kembali Burck, "secara keseluruhan khususnya lalu-lintas udara sangat bermasalah. Sektor itu menghasilkan emisi paling banyak dan jumlahnya meningkat terus. Sementara emisi yang dihasilkan sektor seperti energi atau lalu-litas jalan di Jerman semakin berkurang. Ada kekuatiran, penghematan emisi di sektor lain, jadi percuma karena lalu-lintas udara yang tambah meningkat di Eropa dan seluruh dunia.“

Selain itu, terutama penerbangan di ketinggian delapan hingga 10.000 kilometer sangat berdampak buruk pada iklim. Burck memaparkan, pada ketinggian atau atmosfir tertentu, terjadi proses dimana pesawat menghasilkan semburan asap yang berpengaruh besar pada pemanasan iklim. Semakin tinggi penerbangan pesawat, semakin besar kerusakan pada iklim.

Walaupun banyak yang beralih ke kereta atau mobil karena tidak dapat terbang, emisi tetap terproduksi. Tetapi jika dibandingkan emisi yang dihasilkan dengan terbang, jumlah emisi lalu lintas darat jauh lebih sedikit. Burck menerangkan, "untuk memproduksi satu ton CO2, jika menggunakan pesawat harus terbang sejauh 3.000 km, dengan mobil kira-kira 7.000 km atau kereta sekitar 15.000 hingga 20.000 km. Di sini kelihatan sekali, bahwa sebenarnya lalu-lintas udara yang paling merusak iklim.“

Apakah awan debu yang menyebar dari gunung berapi di Islandia dan menyebabkan krisis terbang akan mempengaruhi kebiasaan terbang orang-orang untuk jangka panjang? Germanwatch mengharapkan, terutama perusahaan besar akan mempertimbangkan politik perjalanannya dan beralih ke kereta untuk perjalanan di dalam Eropa.

Irene Quaile / Andriani Nangoy

Editor: Hendra Pasuhuk