1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Laporkan Korupsi Lewat App Ponsel

30 September 2014

Di Uganda, komunitas setempat menjalankan proyek apllikasi smartphone yang bisa melaporkan aksi korupsi secara anonim.

https://p.dw.com/p/1DN7I
Smartphone Afrika
Foto: imago

Douglas Buule, guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) di luar ibu kota Kampala, tampak murung. Kesedihan itu, rupanya karena Buule belakangan ini tidak bisa menjalankan tugasnya dengan leluasa.

“Uang untuk membeli kapur dari pemerintah sering datang terlambat bahkan saat akhir semester. Ini menjadi beban besar karena sebagai pengajar kami harus tetap menulis di papan tulis. Walhasil, kepala sekolah terpaksa berhutang untuk membeli kapur atau menggunakan uang pribadinya,“ kata Buule (29/9).

Menurut Buule, uang subsidi dari pemerintah acap datang terlambat atau bahkan tidak sampai sama sekali. Situasi ini sungguh ironis mengingat 529 murid SD di sekolah itu hanya ujian dua kali dalam satu semester dan bukannya setiap bulan.

Buule sangat yakin, semua ini akibat kurangnya transparansi di banyak institusi-institusi pemerintah terhadap jalur perputaran uang subsidi. Uang yang menjadi hak rakyat itu, dikorupsi. Kejahatan seperti ini di Uganda sudah seperti wabah penyakit yang mudah menyebar.

“Gara-gara kurangnya transparansi, maka dampaknya seperti ini, mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar,“ kata Buule kesal.

Menjawab keluhan Buule dan seluruh rakyat Uganda akan buruknya korupsi di negara itu, komunitas masyarakat Uganda di tiga distrik disana sekarang menjalankan sebuah proyek bernama Through the Action for Transperancy (A4T) Smartphone app. Melalui aplikasi ponsel pintar tersebut, maka siapapun atas nama anonim bisa melaporkan alokasi anggaran buat pusat-pusat layanan kesehatan dan sekolah-sekolah negeri yang tidak sampai ke tangan yang berhak.

Bagaimana cara kerja A4T?

Langkah-langkah menggunakan apliaksi ini tidak rumit. Melalui GPS yang ada dalam aplikasi A4T, user (pelapor) akan menerima lokasi sekolah atau pusat layanan kesehatan, termasuk jumlah staf pemerintahan atau institusi yang bekerja disana. Bukan hanya itu, user juga akan menerima informasi jumlah anggaran yang disetujui dan uang sudah dikirimkan pemerintah Uganda.

Apabila para user sangat yakin uang negara tersebut, sudah disalahgunakan, misalnya dipakai untuk membeli ambulan tetapi mobil ambulannya tidak ada, maka mereka dengan mudah tinggal meng-klik tombol aplikasi A4T bergambar peluit, yang kemudian akan mengirimkan sebuah laporan instan ke website A4T serta laman facebook mereka.

“Jika ini kasus kriminal, maka kami akan melaporkannya ke polisi, tetapi jika ini sebuah masalah yang membutuhkan pembelaan, maka akan dilaporkan ke menteri,” kata Moses Karatunga, ko-ordinator Transparansi International (TI) Uganda kepada AFP, Senin (29/9).


Memerangi korupsi

Dikatakannya, praktik korupsi di Uganda sudah sangat parah dalam beberapa tahun terakhir. Untuk itu, diperkenalkanlah aplikasi A4T hasil kerjasama dengan Uganda Media Develpoment Foundation (UMDF), African Center for Media Excellence (ACME) dan Fojo Media Institute, sebuah badan yang merupakan bagian dari Linnaeus Unversity di Swedia.

“Mereka (yang korupsi) harus dipecat, apalagi muncul pula kekhawatiran laporan sudah dibuat tetapi tidak ada tindak lanjut. Maka itu, melalui apliaksi A4T kami ingin kasus - kasus ini dibawa ke pengadilan umum,“ kata Kepala Koordinator A4T, Gerald Businge.

Sedangkan lembaga Swedish International Development Agency (SIDA), yang mendanai proyek ini, dalam keterangan tertulisnya berharap, melalui A4T maka kesalahan pengelolaan uang bisa dicegah. Sebab ketika seseorang menyadari sedang diawasi, maka dia tidak akan terlalu menghambur-hamburkan uang.

ss/hp (afp)