1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kuota Pimpinan Perempuan di Jerman

27 November 2014

Semua hal terkait kuota perempuan di posisi puncak karir di Jerman sudah diputuskan pemerintah. Tapi apakah ini sebuah peristiwa bersejarah? Opini Dagmar Engel.

https://p.dw.com/p/1DuRT
Symbolbild Frauenquote Weibliche Führungskräfte
Foto: picture-alliance/dpa/T. Brakemeier

Waktunya sudah tiba. Lelaki Jerman, kini tidak perlu lagi memikul semua beban berat di posisi puncak dan jajaran dewan direksi. Paling tidak, kaum lelaki tidak perlu lagi sendirian dituding bersalah, jika perbankan global ambruk dan dilanda krisis atau perusahaan guncang dan pegawai kehilangan pekerjaan.

Kini waktunya perempuan juga ikut memikul sebagian beban itu. Memang amat trenyuh, jika menyaksikan para lelaki mempertahankan kursi pimpinan yang empuk, dengan alasan melindungi kaum perempuan dari beban berat tersebut. Semuanya kini harus dihentikan. Juga tidak ada yang menuduh, kaum lelaki secara sukarela dan lemah lembut melepaskan cengkramannya. Melainkan, semua itu dipaksa oleh peraturan.

Dalam proses yang temponya ibarat jalannya keong, akhirnya kini dunia bisnis sudah bisa menyingkirkan hambatan pertama menuju kesetaraan gender. Aturan kuota perempuan memaksa 100 perusahaan besar di Jerman, mulai dua tahun ke depan, secara bergiliran menempatkan pimpinan perempuan di jajaran dewan direksinya.

Sebetulnya ini bukan pekerjaan sulit. Separuh populasi dari 80 juta warga Jerman adalah perempuan. Jadi, tidak ada masalah, jika mengganti posisi puncak yang dipegang kaum lelaki dengan kemampuan rata-rata, dengan pimpinan perempuan yang kemampuannya juga sama. Tapi tindakan ini berarti sebuah reformasi budaya.

Kommentarfoto Dagmar Engel Hauptstadtstudio
Dagmar Engel pimpinan redaksi Studio DW Berlin.Foto: DW/S. Eichberg

Memang, aturan kuota perempuan yang disahkan pemerintah Jerman, hanya mencakup kelompok elite yang kecil. Tapi jangan lupa, kelompok kecil inilah yang menentukan alokasi jabatan manajemen, kondisi kerja dan budaya perusahaan.

Juga jangan dilupakan, manusia cenderung mempromosikan seseorang yang mirip dengan mereka. Hal ini biasa dilakukan oleh lelaki. Tapi perempuan juga manusia, jadi mereka dipastikan akan melakukan praktik serupa.

Titik kritis untuk melakukan perubahan komposisi dalam perusahaan atau organisasi adalah pergantian 30 persen personal puncak. Lewat dari titik kritis itu, aturan kuota bagi perempuan akan menjadi berlebihan. Artinya aturan bisa dihapus lagi.

Aturan kuota hanya bertujuan memicu reformasi budaya. Jerman pada dasarnya perlu kaum perempuan yang optimis di semua lini.