1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Ukraina Bisa Untungkan Cina

Jeanette Seiffert20 Maret 2014

Beijing selama ini menjaga hubungan baik dengan Rusia dan barat dan selalu menghindari campur tangan. Tapi Cina bisa jadi pihak yang beruntung, jika barat menetapkan sanksi terhadap Rusia.

https://p.dw.com/p/1BT7U
Foto: picture-alliance/dpa

Selama puluhan tahun, Cina memegang prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Beijing juga selalu berusaha tidak terlibat dalam konflik antara dua negara. Setelah muncul krisis di Ukraina, posisi apa yang akan diambil Cina terhadap Rusia?

Selama ini, Cina menjaga hubungan baik dengan Rusia, karena kedua negara saling membutuhkan dalam menghadapi tekanan dari barat. Pakar politik Chen Xinming dari Universitas Beijing menerangkan, yang sebenarnya pertama kali ikut campur dalam krisis di Ukraina adalah barat, sehingga akhirnya Rusia bereaksi.

"Barat yang dipimpin Amerika selalu ikut campur dan tidak senang melihat dunia tenang. Akhirnya terjadi kerusuhan (di Ukraina). Secara strategis, Cina dan Rusia saling membutuhkan untuk bisa menghadapi dominasi barat", tutur Chen.

Sven Gareis dari Universitas Münster menerangkan, politik luar negeri Cina selama ini ditentukan oleh perasaan bahwa mereka selalu ditekan oleh barat. "Jadi Cina melihat Rusia sebagai mitra penting yang mungkin bisa mendukung mereka kalau mengalami tekanan."

Dampak krisis Ukraina

Selama ini, Cina tidak ingin berpihak dalam krisis di Ukraina. Ditanya wartawan tentang sikap Cina terhadap referendum di Krimea, wakil menlu Cina Li Baodong tidak mau mengambil posisi membela atau menolak. "Kami harap, semua pihak tetap berkepala dingin dan mencari solusi politik," katanya dan menambahkan, eskalasi selanjutnya harus dicegah.

Dalam sidang Dewan Keamanan PBB yang membahas situasi di Ukraina, Cina mengambil posisi netral. Dari 15 anggota Dewan Keamanan, 13 negara setuju resolusi mengecam referendum Krimea. Rusia menggunakan hak veto dan menolak, sedangkan Cina memberi suara abstain.

Apakah ini berarti Cina mulai mengambil jarak dari Rusia? Karena biasanya, Cina membela posisi Rusia. Banyak pengamat menilai, suara abstain Cina adalah "tamparan" terhadap Rusia, yang kini terisolasi di Dewan Keamanan.

Sanksi barat bisa untungkan Cina

Pengamat politik Sven Garaeis menerangkan, memang sulit bagi Cina untuk membela referendum di Krimea, karena modus seperti itu bisa saja jadi bumerang terhadap Cina sendiri. Bagaimana jika Tibet dan provinsi Xinjiang tiba-tiba memutuskan untuk menggelar referendum sendiri?

Secara ekonomi, krisis di Ukraina bisa menguntungkan Cina. Karena jika barat menetapkan sanksi ekonomi terhadap Rusia, Beijing bisa jadi alternatif penting. Rusia terpaksa harus meningkatkan hubungan ekonomi dengan Cina. "Rusia harus berpaling dari Eropa, jadi Cina yang akan jadi pemenang dalam krsisis ini", kata Eckhardt Cordes dari Asosiasi Ekonomi Jerman untuk wilayah timur.

Di bidang ekonomi, Cina juga punya hubungan baik dengan negara-negara barat. Jadi dalam krisis Ukraina, Cina memang bisa menjadi pemain yang netral. Akhir Maret mendatang, Presiden Cina Xi Jinping akan melakukan kunjungan ke beberapa negara Eropa.