1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Pengungsi Suriah Semakin Gawat

Edith Koesoemawiria17 Juli 2013

Menurut PBB, perang di Suriah mengakibatkan krisis pengungsi tergawat sejak genosida di Rwanda tahun 1994. Sekitar 1,8 juta warga Suriah menjadi pengungsi di negara-negara tetangga.

https://p.dw.com/p/199Wt
Foto: picture alliance/abaca

Lima ribu orang tewas setiap bulan selama perang saudara di Suriah. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi, Antonio Guterres, perang itu telah mengakibatkan krisis pengungsi terhebat sejak perang di Rwanda hampir dua puluh tahun yang lalu.

Antonio Guterres UNO-Flüchtlingskommissar
Antonio GuterresFoto: picture-alliance/dpa

"Kami belum pernah melihat pengungsian dalam skala begitu besar sejak terjadinya genosida di Rwanda," demikian ungkap Guterres kepada Dewan Keamanan PBB di New York.

Lebih dari 2 juta orang melarikan diri dari pembunuhan besar-besar tahun 1994. Kelompok radikal Hutu dalam 3 bulan membunuh 800.000 orang etnis Tutsi dan etnis Hutu yang moderat.

Operasi lintas batas negara

Sudah 1,8 juta warga Suriah yang tercatat PBB berstatus pengungsi di negara-negara tetangga. Jumlahnya terus bertambah, dengan sekitar 6.000 orang yang setiap hari melarikan diri dari kondisi perang di negaranya. PBB memperkirakan, konflik di Suriah telah menelan sekitar 100.000 nyawa.

Bersama Koordinator Bantuan Darurat PBB Valerie Amos, Guterres mengimbau Dewan Keamanan untuk menambah bantuan internasional dan bertindak lebih tegas dalam menghadapi dampak perang saudara yang sudah berlangsung selama dua tahun itu.

Amos mengatakan, masyarakat internasional harus memikirkan operasi lintas batas negara agar bantuan bisa menembus ke empat juta orang yang membutuhkan di Suriah.

Flüchtlinge aus Syrien in Jordanien
Pengungsi Suriah mendarat di YordaniaFoto: picture-alliance/dpa

Hingga akhir tahun masih dibutuhkan 3,1 miliar Dolar untuk menyalurkan bantuan saat ini. Selain itu dikeluhkannya, baik pemerintah maupun oposisi Suriah telah banyak menghambat kerja organisasi-organisasi bantuan.

Pemerintah Suriah yang didukung Rusia, menolak upaya-upaya bantuan lintas batas negara.

Dukungan dari negara tetangga

Wakil Duta Besar Turki untuk PBB, Leven Eler mendukung seruan badan-badan bantuan pengungsi. Pun Duta Besar Libanon untuk PBB Nawaf Salam mendesak Dewan Keamanan agar melakukan lebih banyak untuk mengatasi krisis pengungsi ini. "Pertempuran Suriah yang tumpah ke Libanon terus bertambah dan mengancam keamanan serta stabilitas negara saya,“ jelasnya, mengacu pada angka pengungsi yang bisa meningkat 20 kali lebih banyak selama tahun 2013.

Kekerasan sektarian memburuk di Libanon dengan semakin vokalnya kelompok-kelompok yang mendukung oposisi Suriah dan rezim Assad. Terakhir seorang analis politik pro Assad, Mohammed Darrar Jammo dibunuh di Libanon, begitu dilaporkan kantor berita SANA hari Rabu (17/07/13). Warga Suriah itu memiliki rumah di Sarafand, Libanon Selatan.

Sementara itu Duta Besar Suriah untuk PBB, Bashar Jaafari menyebut angka kematian yang disebutkan PBB tidak benar dan tidak berdasar. Hal yang ditepis oleh Asisten Sekjen HAM PBB Ivan Simonovic, yang mengaku bahwa setiap laporan kematian dirujuk pada tiga sumber berbeda.

ek/cp (rtr, afp, dpa)