1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Krisis Italia: Pendatang Cina Cari Alternatif, bagian 2

Susanne Ma31 Mei 2013

"Pekerja yang ringan tangan memilih dibayar per potong, karena bisa menghasilkan lebih banyak uang“, jelas Jimmy Xu, kepala pabrik Falconara.

https://p.dw.com/p/18i4T
Foto: DWS. Ma

Dalam sepuluh tahun terakhir jumlah imigran Cina di Italia mencapai 20 persen dari jumlah seluruh imigran di Italia. Banyak yang mengundang sanak keluarganya untuk bekerja di pabrik yang kemudian didirikannya. Reputasi para pendatang sebagai pekerja rajin, tangkas dan murah ini dengan cepat tersebar.

(Baca latar belakangnya di Krisis Italia: Pendatang Cina Cari Alternatif, bagian 1)

Made in Italy dan tangan pekerja Cina

Di Cina, pemilik pabrik tekstil "Laoban", terbiasa memberikan karyawannya tempat tinggal dan makanan. Upah bulanan jarang ada, yang dihitung adalah potongan pakaian yang dihasilkan.

Jimmy Xu, kepala pabrik di Falconara meyakini bahwa banyak pekerja Cina yang lebih menyukai sistim begitu. "Pekerja Cina tidak suka dengan gaji tetap, karena berpikir kalau bekerja keraspun gaji mereka tidak berubah. Sebab itulah pekerja yang ringan tangan biasanya memilih untuk dibayar per potong, karena bisa menghasilkan lebih banyak uang“, jelas Xu.

Migranten - Chinesen in Italien
Pemilik pabrik pakaian Guo Bin memilih usaha barFoto: DWS. Ma

Xue Fen adalah ibu Ye Pei. Ia sudah menetap enam tahun di Italia. Awalnya, dia juga bekerja pada pabrik milik seorang Cina, di sana dia bekerja lebih dari 15 jam sehari dengan upah 750 Euro se bulan. Di Cina, ia harus bekerja selama delapan bulan untuk menghasilkan uang yang sama.

Xue Fen tahu bahwa pengelola "Laoban" itu mengeksploitasi karyawannya, tapi mengatakan bahwa „Laoban“ memenuhi keperluan para karyawan yang baru tiba di Italia. „Bila bos saya orang Italia, saya akan harus bayar sewa, pergi belanja dan masak sendiri. Itu sangat repot“, katanya. „Tapi bila bekerja pada orang Cina, paling tidak terjamin atap di kepala dan makanan. Itu praktek yang umum di Cina“.

Situasi yang Tidak Sehat

Polisi Italia telah menemukan banyak pabrik yang mengeksploitasi para karyawan yang tinggal tanpa izin dan akhirnya terpaksa bekerja siang-malam. Situasi ini hanya sesekali disorot media, karena kebanyakan pendatang Cina bungkam bila ditanyai soal ini.

Namun tingkat pengangguran terus merayap tinggi di Italia dan lilitan utang mulai mencekik banyak orang. Semakin banyak kritik yang dilontarkan terhadap pengusaha Cina yang mengabaikan undang-undang perburuhan, menudingnya bersaing secara curang dan menyebabkan perusahaan-perusahaan Italia bangkrut.

Sosiolig Universitas Padua, Profesor Valter Zanin, pernah meneliti pabrik-pabrik pakaian Cina di Italia. Dikatakannya, banyak buruh murah yang bekerja lebih dari 18 jam sehari.

Bagaimanapun juga krisis ekonomi Eropa telah menciutkan industri mode Italia, dan karenanya semakin sedikit kontrak yang diterima oleh pabrik-pabrik pakaian, juga yang berburuh murah.

Kini banyak imigran muda, seperti Ye Pei, yang melirik alternatif lain, karena sadar bahwa diam seribu bahasa dan bersembunyi bukanlah jalan keluar.

Suzanne Ma