1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hadapi Globalisasi dengan Berani

24 Januari 2014

Walaupun tren tinggal di kota semakin meningkat, gerakan Cittaslow (kota lamban) semakin banyak pengikutnya. Gagasannya: kembali ke dasar untuk menjadikan kota kecil tempat tinggal baru.

https://p.dw.com/p/1AwDj
Orvieto di ItaliaFoto: picture-alliance/All Canada Photos

Orvieto adalah kota dari abad pertengahan di daerah Umbria, Italia, yang ibaratnya perhiasan dengan istana-istana dan perkebunan anggur di sekitarnya. Pier Giorgio Oliveti berasal dari kota itu. Dari sana ia membantu mengembangkan ide Cittaslow (kota lambat) ke dua puluh delapan negara, termasuk Korea Selatan, Turki dan Amerika Serikat.

Kembali ke Dasar

"Makna Cittaslow adalah menghargai diri sendiri, siapa kita, tanpa sifat merusak diri dan merusak nilai, uang atau sumber daya alam," dijelaskan Oliveti. "Ini adalah obat untuk menyembuhkan globalisasi negatif," demikian ditambahkan mantan wartawan itu. Pelaksanaan Cittaslow dimulai 1999 oleh seorang walikota di wilayah Toskana, yang ingin memperluas filsafat hidup sehat 'slow food' ke kehidupan di perkotaan. Cittaslow sekarang bangga akan 183 anggotanya, dan sejumlah kota lainnya yang masih menunggu untuk dijadikan anggota.

Wassertor in Hersbruck an der Pegnitz, Mittelfranken, Bayern, Deutschland
Hersbruck di negara bagian Bayern adalah salah satu 'cittaslow' di Jerman.Foto: picture-alliance / Bildagentur Huber

Lambang gerakan itu, yang dikembangkan dari lambang 'slow food,' mencerminkan filsafat mereka: seekor siput membawa sebuah kota berdiri di atas cangkangnya. Kota-kota yang ingin jadi anggota harus punya penduduk di bawah 50.000 jiwa. Selain itu pemerintah kota harus mematuhi kriteria ketat, misalnya mempromosikan pertanian organik dan perkotaan, juga memiliki pelajaran menghargai makanan di sekolah-sekolahnya.

Orvieto, adalah salah satu kota yang pertama jadi anggota 15 tahun lalu. Sekarang kota itu sudah jadi pusat gerakan internasional tersebut dan jadi kota percontohannya. Kedai makan kecil menyajikan anggur dan makanan kecil yang bahannya dari daerah itu juga. Itu juga salah satu syarat untuk menjadi kota Cittaslow. Di tambah lagi, petani menjual sendiri bahan pangan di pasar, yang juga jadi pusat hubungan sosial antar penduduk.

Orvieto jadi tuan rumah festival musik jazz yang sesuai dengan penduduknya. Penduduk lokal seperti anggota pemadam kebakaran Luciano Sabottini membanggakan diri dengan menawarkan situasi yang tenang kepada wisatawan, sehingga "mereka yang datang dari Roma atau Milano menjadi gembira setelah tinggal di Orvieto." Tingkat polusi rendah. Pengunjung bisa parkir di tempat parkir luas di bawah tanah, yang tidak nampak dari pandangan. Tempat parkir dilengkapi lift yang ditempatkan di lorong saluran air tua, yang membawa orang ke pusat kota.

Tidak Sulit Atau Aneh

Setiap hari, murid-murid diantarkan ke sekolah dalam kelompok oleh orang tua murid yang mengantar secara sukarela setiap hari dengan mobil yang disebut 'PiediBus' (bus kaki) dalam prosesi lewat jalan-jalan kota. Walikota Antonio Concina mengatakan, menjalankan ide Cittaslow "tidak sulit atau aneh".

Überlingen
Kota Jerman Überlingen di tepi danau Bodensee, negara bagian Baden Württemberg juga salah satu 'kota lamban'. Kota ini bisa dicapai dengan kapal feri.Foto: pa / dpa

"Ini bukan masalah menghentikan proses yang berjalan di dunia, untuk mengijinkan kota tertentu menjalankan peraturan kota lambat. Itu bisa berjalan bersama." Tapi ide Cittaslow yang mewakili sikap ramah lingkungan, kebijakan memperbaiki hidup di perkotaan yang sesuai dengan harkat manusia ditantang krisis ekonomi di Italia, yang mendorong jumlah pengangguran hingga mencapai rekor.

Krisis Ekonomi Melanda

Orvieto juga tidak luput dari krisis. Dalam empat tahun terakhir, 153 bisnis tutup dan pengangguran mencapai 35,4% dan lebih tinggi dari rata-rata nasional. "Kami berusaha selamat. Orvieto dulu penuh bengkel tukang kayu, di setiap jalan ada satu. Sekarang nampaknya tinggal kami saja," kata Gaia Ricetti, yang keluarganya sudah jadi tukang kayu sejak tujuh generasi.

"Karena di sini tidak ada industri besar, perkembangan ekonomi jelas lebih lambat," kata walikota Concina seraya menambahkan, perusahaan internasional seperti Starbucks memang membawa lapangan kerja dan ekonomi yang hidup. Namun demikian Concina jelas lebih suka jika tidak ada Starbucks di kotanya.

Oliveti berpendapat, filsafat Cittaslow bisa digunakan untuk mencapai hal sama, dengan cara "mengutamakan kualitas komunitas, seperti pertukangan, teknologi atau pariwisata dan menggunakan mereka sebagai kunci untuk mengatasi krisis ekonomi." Orvieto bangga dengan seniman tradisionalnya, juga percetakan dan pengrajin keramik, yang bekerja di laboratorium tua di dekat pusat kota.

ml/hp (afp)