1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korsel Tolak Tawaran Damai Korut

27 Mei 2013

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung-Se menolak tawaran Korea Utara untuk melajutkan pembicaraan mengenai perlucutan senjata nuklir, dengan mengatakan bahwa pihak utara perlu membuktikan dulu keseriusannya.

https://p.dw.com/p/18eS9
Foto: AFP/Getty Images

“Pendirian kami adalah bahwa tidak boleh ada dialog untuk dialog,” kata Yun dalam konferensi pers pertamanya, sejak ia menempati jabatan itu di pemerintahan Presiden Park Geun-Hye.

“Yang penting sekarang bagi Korea Utara adalah menunjukkan kesungguhan mereka kepada komunitas internasional dengan melaksanakan perjanjian de-nuklirisasi yang telah disepakati pada masa lalu,” tambah dia.

Pernyataan Yun ini merupakan tanggapan atas kunjungan utusan tinggi Korea Utara ke Cina, yang membawa surat pribadi dari pemimpin Kim Jong-Un kepada Presiden Cina Xi Jinping.

Media milik pemerintah Cina mengatakan bahwa surat itu berisi pernyataan kesediaan pihak utara untuk melanjutkan pembicaraan enam pihak mengenai program de-nuklirisasi yang melibatkan Cina, kedua Korea, Amerika, Rusia dan Jepang.

Tidak Serius

Laporan media Cina itu disambut dengan sikap dingin di Korea Selatan, di mana para pengamat melihatnya sebagai sebuah upaya dari Korea Utara untuk menenangkan sekutu kuncinya Beijing ketimbang sebagai sebuah sinyal yang menunjukkan niat mereka sesungguhnya.

Korea Utara berulangkali menyatakan bahwa program pengembangan  senjata nuklir mereka tidak terbuka untuk dinegosiasikan.

Seoul dan Washington, bagaimanapun berkeras bahwa Korea Utara harus menunjukkan komitmen mereka untuk meninggalkan program senjata nuklir agar pembicaraan resmi mengenai perlucutan senjata bisa dimulai.

“Kami perlu melihat keseriusan Korea Utara dalam aksi-aksinya,” kata Yun, menambahkan bahwa semua sinyal yang dikeluarkan Pyongyang justru menunjukkan arah yang berkebalikan dan cenderung memperkuat program senjata nuklirnya.

Media milik pemerintah Korea Utara yang meliput kunjungan utusan khusus Choe Ryong-Hae ke Cina tidak menyebutkan apapun terkait usulan dialog.

Dari surat yang diserahkan kepada Xi, pejabat Kantor Berita Pusat di Pyongyang hanya mengatakan bahwa surat itu berisi keinginan Kim untuk memperdalam “persahabatan tradisional“ antara Korea Utara dan Cina

Cina adalah sekutu utama yanbg banyak membantu ekonomi Korea Utara dan sekaligus menjadi pelindung diplomatik negara yang dikucilkan komunitas internasional tersebut. Namun belakangan Cina mendukung sanksi PBB atas Pyongyang terkait ujicoba nuklir yang dilakukan negara itu Februari lalu.

Kementerian Penyatuan Korea mengatakan bahwa Korea Utara mengatur prioritas mereka ke depan.


Penyelesaian Sengketa Kaesong


“Jika Korea Utara betul-betul menginginkan dialog, langkah pertama seharusnya dengan merespon seruan yang telah berulangkali kami sampaikan untuk melakukan pembicaraan di tingkat pemerintah terkait kompleks industry Kaesong,” kata juru bicara Kim Hyung-Seok.

Kaesong adalah korban paling terkenal menyusul ketegangan militer yang diikuti ujicoba senjata nuklir Korea Utara.

Didirikan di dekat perbatasan pada 2004, sebagai sebuah simbol yang langka menyangkut kerjasama kedua negara, kawasan itu berisi lebih dari 120 perusahaan Korea Selatan yang mempekerjakan 53 ribu buruh asal Korea Utara.

Pihak utara menutup akses Korea Selatan atas wilayah itu dan menarik para pekerja mereka pada bulan April. Sementara Seoul telah menarik perusahaan terakhir mereka di sana pada awal bulan ini.

Selatan telah menyerukan pembicaraan untuk menyelamatkan bahan mentah dan stok barang yang ditinggalkan para manajer asal Korea Selatan, namun permintaan itu ditolak oleh Utara.

ab/as (fp/ dpa/ap)