1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Korea Selatan dan AS Gelar Latihan Militer

4 Februari 2013

Manuver gabungan angkatan laut Korea Selatan dan AS melibatkan sebuah kapal selam nuklir. Korea Utara mengkritik manuver itu sebagai sinyal perang. Pimpinan Korea Utara melakukan rapat khusus.

https://p.dw.com/p/17XXm
Kapal Perang AS USS Shiloh di pelabihan Korea Selatan
Kapal Perang AS USS Shiloh di pelabihan Korea SelatanFoto: picture-alliance/dpa

Manuver maritim gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat akan berlangsung selama tiga hari dan sudah dimulai di sekitar Laut Jepang dekat pelabuhan Pohang, demikian disampaikan seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Manuver gabungan itu digelar setelah Korea Utara mengancam akan melakukan uji coba nuklir yang baru.

Para pejabat militer Korsel menegaskan, latihan gabungan itu sudah direncanakan sebelum ada ancaman Korut melakukan uji coba nuklir yang ketiga. Namun kehadiran sebuah kapal selam AS dalam manuver itu dilihat sebagai peringatan terhadap Korea Utara. Kapal selam USS San Fransisco yang dipersenjatai dengan peluru kendali Tomahawk diiringi oleh kapal perang USS Shiloh dengan bobot 9800 ton.

”Latihan ini termasuk operasi maritim, mendeteksi dan membuntuti kapal selam, pelatihan pertahanan air dengan menembak kapal perang termasuk menembak peluru kendali,” demikian laporan kantor berita Korsel Yonhap mengutip seorang pejabat militer.

Manuver gabungan itu dilaksanakan sekalipun Korea Utara terus melakukan ancaman karena Dewan Keamanan PBB memutuskan sanksi yang lebih ketat terhadap negara itu. Sanksi itu dijatuhkan setelah Korea Utara melakukan uji coba roket jarak jauh Desember tahun lalu.

Pimpinan Korut Gelar Rapat Khusus

Hari Minggu (01/02) media-media pemerintah Korea Utara melaporkan, Kim Jong Un telah melakukan rapat khusus dengan para pejabat tinggi untuk mendiskusikan kebijakan baru demi memperkuat kapasitas militer negara itu. Sekalipun tidak ada laporan spesifik tentang apa yang dibahas dalam rapat itu, para pengamat di Korea Selatan yakin, rapat khusus itu juga membicarakan persiapan uji coba nuklir.

Beberapa pengamat berpendapat, uji coba itu bisa dilakukan sebelum 10 Februari atau menjelang 16 Februari, pada hari ulang tahun Kim Jong Il, ayah Kim Jong Un. Pantauan satelit pengintai menunjukkan bahwa ada kegiatan meningkat di lokasi uji coba nuklir Korea Utara Punggye-ri. Jalan masuk ke terowongan bawah tanah itu sekarang ditutupi untuk menghindari pengintaian dari luar.

Selama akhir minggu, Korea Utara mengeluarkan rangkaian peringatan atas sanksi yang dijatuhkan PBB terhadapnya. Penyataan pemerintah menyebutkan, Korea Utara siap melakukan ”pembalasan paling keras”. Korea Utara bersikeras bahwa uji coba roket yang dilakukannya murni bertujuan ilmiah dan untuk menempatkan sebuah satelit ke orbit bumi.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak mendesak para pejabat pemerintahan agar bersiaga sehubungan dengan ancaman Korea Utara melakukan uji coba nuklir. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dan rekan sejabatnya dari Korea Selatan dan Jepang segera menanggapi ancaman Korea Utara. Menurut laporan CNN, dalam pembicaraan dengan Menlu Korsel Kim Sung Hwan dan Menlu Jepang Fumio Kishida, Kerry menegaskan, bahwa Korea Utara ”harus memperhitungkan konsekuensi luas masyarakat internasional, jika melanjutkan aksi-aksi provokasinya.”

HP (afp, rtr, dpa)