1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

230408 Darfur UN Sudan

23 April 2008

Konflik di Darfur, wilayah barat Sudan, sudah berlangsung 5 tahun. Jumlah korban tewas akibat perang, kelaparan dan penyakit kemungkinan jauh lebih besar dari perhitungan terdahulu.

https://p.dw.com/p/DnF1
"Hentikan Pembunuhan di Darfur", spanduk yang digelar para aktivis di depan Gedung Putih, ASFoto: AP

Perserikatan Bangsa Bangsa menyebut angka 300 ribu jiwa. 100 ribu lebih banyak dari prakiraan sebelumnya. Ini dikatakan Wakil Sekertaris Jendral PBB Urusan Kemanusiaan John Holmes saat berbicara di hadapan Dewan Keamanan, Rabu (23/04).

Pernyataannya dibantah Abdalmahmud Abdalhalim Mohamad, Duta Besar Sudan untuk PBB. "Menurut kalkulasi kami, jumlah total yang tewas tidak lebih dari 10.000", kata Abdalhalim.

Ia mengatakan pula, angka itu hanya mencakup korban perang. Rakyat Darfur yang tewas akibat penyakit, malnutrisi atau kelaparan tidak termasuk di dalamnya. Namun bantahan Duta Besar Sudan untuk PBB itu tidak berhenti sampai di situ.

Wakil Sekjen PBB Urusan Kemanusiaan John Holmes mengatakan, dari 6 juta penduduk Darfur, lebih dari 4 juta menjadi korban konflik. Tahun 2008 ini saja ratusan ribu orang lagi terusir dari dari wilayah itu. Kekerasan seksual juga meningkat secara mengerikan. Duta Besar Sudan Abdahlhalim menyebut deskripsi itu mendramatisasi kenyataan di lapangan.

Ia mengatakan, "Laporan Tuan Holmes sangat tidak obyektif dan tidak profesional. Ini tidak membantu proses perdamaian maupun pemeliharaan perdamaian."

Abdalhalim juga membantah anggapan bahwa pemerintah Sudan melambatkan proses untuk mengijinkan pasukan negara-negara non-Afrika untuk bergabung dengan misi perdamaian UNAMID. Ia menyalahkan PBB tidak mempertimbangkan pasukan Afrika yang ia sebut paling cocok untuk menjalankan misi di Darfur.

Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan di markasnya di New York, Rabu (23/04), guna membahas laporan Sekjen Ban Ki-moon tentang misi perdamaian PBB dan Uni Afrika, UNAMID. Dalam laporannya Ban menyesali proses perdamaian yang berjalan tersendat-sendat.

Menambahi gambaran suram di Darfur, Ketua misi UNAMID Rodolphe Adada mengatakan, pasukan perdamaian untuk Darfur tampaknya baru akan siap beroperasi penuh, paling cepat tahun depan. Jumlah tentara saat ini tidak sampai 40% dari yang dijanjikan. Helikopter dan dukungan logistik juga kurang.

Adada mendesak Dewan Keamanan agar melipatgandakan upayanya untuk membantu UNAMID mengatasi masalah logistik dan hambatan politik yang menghadang saat ini. Adada juga menyebutkan masa depan suram bagi prospek perdamaian antara pemerintah di Khartoum dan pemberontak Darfur yang terpecah-pecah. Mantan Menlu Kongo yang mengetuai misi UNAMID itu mengatakan, pendapat yang berkembang dewasa ini di Darfur adalah, bahwa perdamaian sama sekali tidak menarik, baik dari segi ekonomi maupun poilitik. (rp)