1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kondisi Darurat di Mesir

28 Januari 2013

Presiden Mohammed Morsi menyatakan kondisi darurat di tiga kota Mesir setelah terjadi kerusuhan baru. Setidaknya enam orang tewas dan ratusan luka-luka di Port Said saat polisi bentrok dengan demonstran.

https://p.dw.com/p/17Sh3
Foto: Mohammed Abed/AFP/Getty Images

Dalam pidato yang disiarkan televisi, Minggu (27/01), Presiden Mesir Mohammed Morsi menyatakan situasi darurat di Port Said, Suez dan Ismailia. Tiga kota tersebut dijatuhi batasan jam malam "selama 30 hari mulai tengah malam".

"Bangsa Mesir terancam bahaya. Saya harus mengampil langkah yang lebih ketat. Ini kewajiban saya," kata Morsi. Presiden juga mengundang pasukan oposisi Mesir memulai dialog hari Senin (28/01).

Kerusuhan di Port Said

Massa berusaha menyerbu tiga kantor polisi, sementara sekelompok lainnya membakar gedung pertemuan militer dan menjarah barang yang ada.

Salah satu korban adalah pemuda berusia 18 tahun yang tewas karena luka tembakan di dada, ujar pimpinan rumah sakit Port Said, Abdel Rahman Farah kepada kantor berita Reuters.

Ratusan terluka, termasuk 429 orang yang menghirup gas air mata dan 38 terkena tembakan, tambah Farag.

Militer dikerahkan di Port Said dan Suez untuk membantu mengamankan sarana publik.

Ribuan berkumpul di Port Said untuk menghadiri pemakaman korban yang tewas dalam bentrokan Sabtu (26/01). Banyak yang kemudian meneriakkan slogan anti Morsi.

Dua Tahun Setelah Revolusi

Februari 2012, 74 orang tewas dan ratusan luka-luka dalam bentrokan antar pendukung klub sepakbola al Masry dan al Ahly. 52 terdakwa diajukan ke pengadilan. Banyak yang percaya kerusuhan didalangi oleh polisi atau pendukung mantan Presiden Hosni Mubarak.

Klub al Ahly dan suporter fanatiknya memiliki peran penting dalam aksi protes yang menjatuhkan Mubarak dua tahun yang lalu.

Kerusuhan di Port Said Sabtu (26/01) dimulai setelah pengadilan Kairo menjatuhkan hukuman mati kepada 21 fans klub al Masry.

Tidak tampak keberadaan polisi di Port Said Minggu (27/01) dan toko-toko tetap tutup.

Pendukung al Masry dan keluarga terdakwa mengatakan, kasus tersebut memiliki motif politik karena tidak ada polisi atau pendukung al Ahly yang dijatuhi hukuman.

Ägypten Port Said Trauermarsch
Ribuan hadiri pemakaman korban kerusuhan di Port SaidFoto: Reuters

Minggu Penuh Ketegangan

Kerusuhan di akhir pekan pecah di Suez dan Kairo. Setidaknya delapan orang tewas dalam pertempuran di Suez Jumat (25/01). Pemrotes menyerang empat kantor polisi, membebaskan 25 tahanan dan menyita senjata, ujar petugas keamanan.

Sementara itu, kekerasan di Kairo meningkat hingga hari Minggu (27/01) dengan polisi menembakkan gas air mata ke belasan demonstran yang melempar batu di lapangan Tahrir.

Pemrotes menuduh Morsi mengkhianati tujuan demokrasi yang dicapai saat revolusi.

Gedung kedutaan Inggris dan AS, keduanya dengan lapangan Tahrur, ditutup untuk urusan publik hari Minggu (27/01).

Ketegangan Politik

Kerusuhan di seluruh Mesir menegaskan terbelahnya politik di negara itu. Oposisi mengancam untuk memboikot pemilihan parlemen jika Morsi tidak menemukan "solusi komprehensif" atas kekacauan di Mesir.

Front Penyelamatan Nasional, koalisi utama partai oposisi yang menentang pemerintahan Mesir mengatakan mereka "tidak akan berpartisipasi" dalam pemilihan jika tidak terbentuk pemerintah yang "penyelamatan nasional".

Pimpinan kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengungkapkan "kekhawatiran besar" atas gelombang kekerasan di Mesir dan mendesok pemerintah setempat untuk "mewujudkan kembali situasi tenang dan teratur".

VLZ/AP (Jürgen Stryjak, afp, rtr, dpa, ap)