1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan Sektarian Guncang Uighur Cina

26 Juni 2013

Kerusuhan di wilayah Xinjiang yang dipisahkan etnis di Cina hari Rabu (26/6) menyebabkan 27 orang tewas, menurut media pemerintah polisi melepaskan tembakan ke arah massa bersenjata tajam.

https://p.dw.com/p/18wo6
Foto: picture-alliance/dpa

Peristiwa ini adalah kasus ketegangan terakhir yang memukul wilayah bagian barat, yang luasnya kira-kira dua kali Turki dan menjadi tempat tinggal sekitar 9 juta etnik minoritas Uighur yang beragama Islam.

Polisi menembak ke arah massa yang menyerang pos polisi, kantor pemerintah lokal dan sebuah bangunan, demikian laporan kantor berita milik pemerintah Xinhua, yang mengutip pejabat setempat.

Penyebab Belum Jelas

” Tujuh belas orang tewas… sebelum polisi menembakkan senjata dan menewaskan 10 perusuh lainnya,” kata laporan tersebut sambil menambahkan bahwa massa itu juga menyabetkan senjata tajam ke orang-orang dan membakar mobil polisi.

Sembilan polisi dan penjaga keamanan serta delapan warga sipil terbunuh sebelum polisi menembakkan senjata, kata Xinhua yang menyebut bahwa tiga orang dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka.

Bentrokan terjadi Rabu pagi di wilayah sekitar 100 kilometer dari kota gurun Turpan dan sekitar 250 kilometer dari ibukota regional Urumqi.

Penyebab bentrokan yang disertai kekerasan itu masih belum jelas, dan polisi di Turpan menolak memberikan komentar.

Banyak anggota komunitas Uighur di Xinjiang yang keberatan atas represi agama dan budaya yang dilakukan penguasa Cina, dan wilayah itu sering dilanda kerusuhan.

Dilshat Rexit, seorang juru bicara Kongres Dunia Uighur, sebuah kelompok di pengasingan yang diberi label oleh Beijing sebagai “separatis”, mengatakan “provokasi dan represi berkelanjutan adalah penyebab konflik“.

Cina melaporkan bahwa 21 orang tewas dalam bentrok antara polisi dan warga lokal bulan April lalu, yang oleh pemerintah dikatakan akibat para „teroris“.

Dituduh Teroris

Pemerintah Cina sering menyalahkan terjadinya kekerasan di wilayah itu kepada para “teroris”, dan pengadilan Xinjiang baru-baru ini memenjarakan sembilan orang atas tuduhan “ekstrimisme agama”.

Cina mengatakan bentrokan pada 2011 yang menewaskan 19 orang diorganisir oleh para teroris yang dilatih di Pakistan dan menjadi bagian gerakan separatis yang ingin melepaskan Xinjiang dari wilayah Cina.

Kelompok HAM Uighur menolak tuduhan terorisme, dan menyebut ketidakadilan ekonomi dan represi agama sebagai penyebab kerusuhan.

Kekerasan sektarian terbesar di wilayah itu terjadi pada 2009, saat terjadi kerusuhan antara orang-orang Uighur dengan warga dari etnik mayoritas Han menewaskan sekitar 200 orang di Urumqi.

Bentrokan itu mendorong diperketatnya pengamaman di wilayah itu, yang disebut oleh kelompok HAM membuat kelompok Uighur diawasi secara ketat oleh pasukan keamanan.

Beijing telah meluncurkan proyek investasi terkenal sebagai usaha untuk mendorong perumbuhan ekonomi di wilayah yang relative miskin ini, yang dikenal kaya akan cadangan batubara dan gas.

Menurut pejabat, 46 persen populasi Xinjiang adalah Uighur, sementara 39 persen lainnya berasal dari etnik Han, setelah jutaan orang dari etnik mayoritas di Cina itu pindah ke sana beberapa dekade tarakhir untuk mencari pekerjaan.

Mobilisasi warga etnik Han, sebagaimana juga tercermin di Tibet, telah mendorong ketegangan dengan komunitas yang telah tinggal di sana sebelumnya.

Orang Uighur, yang sebagain besar adalah pengikut Islam Sunni, bicara dengan bahasa Turki dan mempunyai kaitan etnik dengan sejumlah komunitas muslim di negara tetangga seperti Rusia, Kazakhstan dan  Kyrgyzstan.

Pemerintah Cina menolak memberikan komentar terkait kerusuhan ini. Informasi tentang kerusuhan di Xinjiang dikontrol secara ketat oleh partai komunis yang berkuasa di Cina -- dan pemerintah juga sempat memblokir akses internet di seluruh wilayah itu selama beberapa bulan setelah kerusunan  pada 2009.

ab/ap (afp,dpa,ap)