1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan Sektarian Ancam Reformasi Myanmar

26 Maret 2013

Kerusuhan komunal yang telah menewaskan 40 orang di Myanmar semakin menjalar mendekati Yangon. Bersamaan dengan itu, Amerika memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke negara itu.

https://p.dw.com/p/184FM
Foto: Reuters

Bentrokan terbaru pecah pada Senin (25/3) lalu di desa-desa wilayah Bago sebelah utara Yangon, demikian pernyataan polisi setempat. Kekerasan sektarian antara kaum Buddhis dan Muslim kini semakin mendekati pusat perdagangan negara itu.

“Polisi dan tentara harus mengendalikan bentrokan itu hampir sepanjang malam,“ kata seorang pejabat polisi yang tidak bersedia disebutkan namanya terkait kekerasan di Bago, di mana dua mesjid dan puluhan rumah dilaporkan dirusak massa.

“Pasukan keamanan masih mengawasi dari dekat areal yang masih ditempati komunitas Muslim di wilayah tersebut,“ kata dia sambil menambahkan bahwa tidak ada laporan mengenai korban jiwa dalam insiden terakhir.

Larangan Bepergian

Dalam sebuah pernyataan di situs kedutaan besar Amerika di Yangon tertulis bahwa kerusuhan “telah menciptakan sakit hati pada banyak pihak”. Karena itu sangat disarankan untuk menghindari bepergian ke wilayah Mandalay dan juga Mingalar Market atau Yuzana Plaza di Yangon, terkait resiko kekerasan di sana.

Polisi di kota utama Yangon telah diinstruksikan untuk ekstra waspada, kata pejabat polisi lain yang juga tidak bersedia disebut namanya.

”Polisi di setiap kota kini waspada dan siap jika terjadi sesuatu,” katanya sambil menambahkan bahwa sejumlah tentara juga telah berpatroli di bekas ibukota tersebut.

Bentrokan ini mengingatkan secara gamblang tantangan yang dihadapi Myanmar berupa ketegangan antara kelompok Buddhis-Muslim, setelah pemerintah negera itu melakukan reformasi setelah beberapa dekade berada di bawah rejim tangan besi junta militer, yang berakhir dua tahun lalu.

GettyImages 155108269 A Myanmar soldier stand guard near burnt houses in Ramee township in the western Myanmar Rakhine state on November 1, 2012. Myanmar's neighbours should prepare to accept refugees from the country's Rohingya minority who may try to flee abroad to escape bloody communal violence, refugee organisations said. AFP PHOTO/ Soe Than WIN (Photo credit should read Soe Than WIN/AFP/Getty Images)
Seorang tentara Myanmar berjaga-jaga di daerah RameeFoto: AFP/Getty Images

Reformasi Terancam

Dalam pernyataan yang disiarkan televisi Senin malam, pemerintah Myanmar menyerukan diakhirinya “ekstrimisme agama” dan memperingatkan bahwa itu bisa menggagalkan proses reformasi di negara berpenduduk mayoritas Buddha tersebut.

Pemerintah setengah sipil Myanmar, kini menghadapi tekanan internasional atas kerusuhan yang menurut PBB telah memaksa lebih dari 12 ribu warga mengungsi.

Bentrokan terakhir dipicu sebuah perdebatan di toko emas –pada 20 Maret di Meiktila, 130 km utara Naypyidaw, di mana mesjid dibakar, rumah dihancurkan dan tubuh hangus dibiarkan tergeletak di tengah jalan.

Puluhan orang ditahan terkait kekerasan tersebut, di mana para perusuh bersenjata termasuk para biksu Buddha, berkeliaran di jalan, mengancam para wartawan yang mengunjungi Meiktila.

AB/ HP (ap/afp/dpa)