1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kenaikan BBM: Antara Pemilu dan Inflasi

24 April 2013

Pemerintah Indonesia menghadapi dilema. Subsidi BBM yang terus membengkak membuat pemerintah berencana menaikkan harga. Tapi inflasi dan pemilu membuat kalkulasi kebijakan kenaikan bahan bakar menjadi makin rumit.

https://p.dw.com/p/18LlH
Foto: AP

Dengan meningkatnya keprihatinan atas kerusakan ekonomi yang ditimbulkan subsidi BBM yang menggelembung lebih dari 16 persen dari total anggaran belanja Negara, pemerintah telah menetapkan rencana untuk menaikkan harga bahan bakar untuk pertama kalinya dalam lima tahun.

Meski diharapkan kebijakan itu tidak akan memicu kerusuhan sosial atau merusak hasil jajak pendapat, namun muncul kecemasan bahwa kenaikan itu tidak hanya akan menghantam para pemakai kendaraan bermotor.

Dorong Inflasi

Langkah itu juga akan mendorong inflasi di seluruh negeri akibat biaya transportasi yang semakin mahal.

“Saya tahu harga makanan, terigu, semuanya akan naik juga. Ini sangat penting bagiku,” kata Hadi Sukamto, penjual mie jalanan pusat kota Jakarta.

“Para pekerja kantoran akan berpikir dua kali sebelum membeli mie saya, dan akan lebih memilih membawa makanan dari rumah.”

Subsidi bahan bakar telah menjadi isu kontroversial selama puluhan tahun di Indonesia, dan di masa lalu telah mendorong protes besar-besaran.

Subsidi BBM dianggap sebagai salah satu “pemberian” pemerintah bagi jutaan orang di Negara yang setengan populasinya masih hidup di bawah 2 dollar per hari.

Ekonomi vs Politik

Rencana baru pemerintah akan akan membuat harga bahan bakar untuk kendaraan pribadi naik lebih dari 40 persen mulai bulan depan, demikian diumumkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi Jero Wacik pekan lalu, sambil mengakui bahwa itu akan mempengaruhi rakyat miskin.

“Jika ada perubahan dalam harga bahan bakar, tentu akan berpengaruh pada inflasi, dan ini akan memukul rakyat miskin,“ kata dia.

Parlemen tahun lalu menolak rencana kenaikan menyusul aksi protes dari seluruh negeri.

Pemerintah lebih yakin bahwa kebijakan menaikkan BBM kali ini akan bisa dilaksanakan, menyusul adanya perubahan aturan yang tidak lagi mensyaratkan persetujuan parlemen.

Namun keputusan ini datang di masa sulit bagi presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bersamaan dengan semakin dekatnya pemilu dan skandal korupsi di dalam Partai Demokrat.

“Persamaannya sederhana -- bahan bakar naik artinya popularitas turun bagi pemerintah karena harga-harga adalah kepedulian nomor satu bagi pemilih,” kata Kuskridho Ambardi, pengamat politik UGM.

Kecanduan bensin murah

Kecanduan Indonesia pada bahan bakar murah berasal sejak jaman diktator Soeharto, yang menggunakan subsidi untuk menopang dukungan bagi rejimnya yang represif. Kenaikan BBM pada tahun 1998 adalah salah satu pemicu demonstrasi mahasiswa yang berujung pada jatuhnya orang kuat Indonesia itu.

Pemerintah mempertahankan subsidi dan menjaga harga bahan bakar di Indonesia Rp 4.500 per liter, sekitar setengah dari harga pasar dan merupakan salah satu yang paling murah di Asia. Di bawah rencana baru itu diharapkan harganya akan menjadi Rp 6.500 per liter bagi kendaraan pribadi.

Subsidi bahan bakar telah menjadi masalah di banyak Negara Asia yang ekonominya sedang berkembang. Mulai dari India hingga Malaysia, pemerintah menghadapi tekanan berat dari warga yang meminta agar mereka mempertahankan subsidi meski harga bahan bakar global melonjak.

ab/hp (afp/ap/dpa)