1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kemenangan Rouhani di Iran Mengejutkan

Jashar Erfanian / Hossein Kermani17 Juni 2013

Tanpa disangka Hassan Rouhani berhasil memenangkan pemilihan presiden di Iran dalam putaran pertama. Banyak yang berharap, ia bisa melakukan perubahan.

https://p.dw.com/p/18qyE
Hassan Rowhani, presidential candidate and former top nuclear negotiator. Quelle: http://newsmedia.tasnimnews.com/Tasnim//Uploaded/Image/13920218182119294494824.jp
Hassan RouhaniFoto: tasnimnews.com

Puluhan ribu orang membanjiri jalan-jalan di Teheran, ketika Komisi Pemilihan Umum Iran mengumumkan kemenangan Rouhani. Tidak ada yang menyangka Rouhani bisa menang hanya dalam satu putaran. Kebanyakan pengamat tadinya memperkirakan, pemilihan presiden akan dilangsungkan dalam dua putaran.

Dalam beberapa hari terakhir sebelum pemunguan suara, dukungan terhadap Hassan Rouhani memang terus meningkat. Ia disebut-sebut punya peluang untuk maju dalam pemilu susulan. Tidak ada prediksi yang menyatakan bahwa salah satu dari enam kandidat akan mampu merebut mayoritas absolut dalam putaran pertama.

Karena itu cukup mengejutkan, bahwa Rouhani mampu merebut hampir 51 persen suara. Semua kandidat lain tidak ada yang berhasil mengumpulkan suara lebih dari 20 persen. Pesaing terkuat Rouhani, Walikota Teheran Mohammed Bagher Ghalibaf hanya mengumpulkan sekitar 17 persen. Tidak disangka, Rouhani bisa menang telak. Kandidat konservatif seperti juru runding nuklir Sayed Jalili, hanya mendapat 11 persen suara.

Iranians celebrate along Valiasr street, in the capital Tehran, on June 15, 2013
Pendukung Rouhani merayakan kemenangan di TeheranFoto: Behrouz Mehri/AFP/Getty Images

Kekalahan Kubu Ultrakonservatif

“Kemenangan ini mengingatkan pada kemenangan Khatami tahun 1997. Ketika itu para pemilih ingin ada perubahan”, kata pengamat politik Sadegh Zibakalam kepada Deutsche Welle.

Pimpinan Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sebelumnya berusaha mengajukan calon-calon ultrakonservatif. Yang jadi favorit terutama Sayed Jalili dan mantan menteri luar negeri Welajati. Kandidat presiden dari kubu reformis dicoret dari daftar kandidat. Juga mantan presiden Akbar Hashemi Rafsanjani tidak diijinkan maju dalam pemilu presiden.

Akhirnya para pendukung kubu reformis sepakat mendukung Hassan Rouhani. Ternyata, dukungan yang didapat Rouhani sangat besar. Perolehan suara Jalili dan Welajati malah tertinggal jauh. Rouhani memang tidak berasal dari kubu reformis. Ia termasuk kandidat konservatif yang cukup moderat. Tapi pada hari-hari terakhir menjelang pemilu, ia mendapat dukungan langsung dari mantan presiden Mohammad Khatami dan Rafsanjani.

Kemenangan Atas Ekstremisme

Selama kampanye, Rouhani berjanji akan melakukan pendekatan dengan negara-negara barat. Terutama untuk memperbaiki situasi ekonomi di negaranya yang semakin buruk. Setelah memenangkan pemilu, Rouhani menyatakan: „Saya senang, akhirnya matahari rasionalitas dan moderasi kembali bersinar di Iran“. Ia menandaskan, ini adalah tanda kemenangan kelompok moderat atas ekstremisme.

Tingkat partisipasi mencapai 72 persen.
Tingkat partisipasi mencapai 72 persen.Foto: DW

Tadinya kubu reformis merasa kecewa karena calon-calonnya dicoret oleh Dewan Pengawas yang punya wewenang menetapkan siapa saja yang boleh maju dalam pemilu presiden. Kubu reformis sempat menyerukan aksi boikot pemilu. Tapi tokoh-tokoh moderat kemudian memutuskan untuk mendukung Rouhani. „Para pemilih menyadari, mereka tidak akan mencapai apa-apa dengan aksi boikot. Seruan tokoh politik seperti Khatami dan Rafsanjani agar pemilih mendukung Rouhani berhasil meyakinkan mereka“, kata pengamat politik Sadegh Zibakalam.

Apakah Rouhani bisa menggunakan mandatnya untuk memenuhi janji-janjinya, masih harus ditunggu. Zibakalam memperingatkan agar tidak menaruh harapan terlalu tinggi pada pengganti Ahmadinejad itu. Bagaimanapun, kekuasaan dan kebijakan politik di Iran tetap berada di tangan Ayatollah Ali Khamenei dan kubu konservatifnya.