1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelompok Yasidi

17 Agustus 2007

Kelompok Yasidi termasuk sekte agama kecil di Irak. Secara etnis mereka termasuk suku Kurdi. Jumlah mereka saat ini kira-kira setengah juta orang.

https://p.dw.com/p/CTAA
Situasi pasca serangan terhadap warga Yasida di utara Irak
Situasi pasca serangan terhadap warga Yasida di utara IrakFoto: AP

Sebagian besar dari kelompok Yasidi tinggal di Irak Utara, juga di Suriah Utara, Georgia, Armenia dan Turki. Sejumlah besar warga Yasidi kini berimigrasi ke Eropa, terutama ke Jerman dan Swedia.

Karena kepercayaan yang dianut kelompok agama itu sudah sangat tua, ada kemiripan dengan kepercayaan Babilonia tua. Bahkan juga ada persamaan dengan agama Kristen dan Yahudi. Misalnya saja, tujuh malaikat tertinggi menurut kepercayaan Yasidi memiliki nama Suriah-Aramaik, contohnya: Judael, Michael dan Esrael, seperti tercantum dalam Perjanjian Lama di Kitab Injil. Mereka juga memiliki perayaan kurban, seperti halnya di agama Islam dan Yahudi. Pembabtisan dengan air juga ada dalam agama Yasidi, seperti halnya di agama Kristen. Penulis dan wartawan beragama Yasidi yang tinggal di Jerman, Syeikh Zidou al Baadri menjelaskan arti kata Yasidi:

"Kata Yasidi adalah gabungan dari kata “Ez“ yang berarti saya, dan kata ”Day“ yang berarti pencipta. Warga Yasidi menyembah Tuhan dan tujuh malaikatnya, yang dipimpin malaikat tertinggi Taus Melek."

Salah satu perayaan terbesarnya adalah Rabu pertama di bulan April, yang menjadi bulan pertama menurut kalender Babilonia tua. Inilah hari, di mana malaikat Taus Melek turun ke dunia. Al Baadri menjelaskan perayaan ini lebih lanjut.

"Hari itu dirayakan pembaruan tanah. Di bulan itu kami juga tidak mencangkul tanah. Karena dengan mencangkul, tanah jadi dibebani."

Berbeda dengan agama lain, orang tidak dapat dengan mudah menganut agama Yasidi. Kepercayaan Yasidi lebih berupa warisan dari orang tua ke anaknya.

"Yasidi bukan agama yang dapat disebarkan. Itu adalah agama yang sudah dianut nenek moyangnya. Tentu saja penganut agama Yasidi boleh pindah ke agama lain, tetapi yang pindah tidak akan dapat kembali lagi."

Dalam agama itu juga ada praktek-praktek tersendiri, tetapi itu tidak dianggap sebagai dogma agama yang baku. Termasuk dalam praktek itu misalnya, tidak makan selada. Praktek yang tidak umum ini berawal pada kejadian 800 tahun lalu, yaitu saat seorang bangsawan Yasidi dibunuh dan kemudian dilempari musuh-musuhnya dengan selada. Mereka juga menutupi jenasahnya dengan selada. Yang juga dihindari adalah warna biru. Penyebabnya, di masa perang pendudukan di masa lalu, penjajah Yasidi memaksa mereka untuk menggunakan bendera biru. Sejak saat itu, warna biru bagi warga Yasidi berarti kejahatan.

Penganut agama Yasidi bersembayang secara terpisah, tidak dalam kelompok. Itu dilakukan tiga kali sehari, pada saat matahari terbit, terbenam dan sebelum tidur. Sepanjang sejarah di Irak warga Yasidi didiskriminasi karena kepercayaan dan etnis mereka. Al Baadri menjelaskan:

"Warga Kurdi dibunuh di Mossul karena identitas nasional mereka. Warga Yasidi dibunuh dengan dua alasan: karena mereka Kurdi dan Yasidi."