1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kecelakaan Dorong Lion Air Latih Pilot

5 September 2014

Maskapai penerbangan terbesar Indonesia Lion Air, mengatakan telah meningkatkan protokol keamanan, setelah para penyelidik menyalahkan pilot dalam kasus kecelakaan yang melibatkan pesawat mereka tahun lalu.

https://p.dw.com/p/1D7TA
Foto: Reuters

Sebuah pesawat baru Lion Air Boeing 737-800 melenceng dari landas pacu dan jatuh ke laut di Bali pada 13 April 2013. Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 108 orang selamat, namun beberapa mengalami luka-luka.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam laporan akhir atas peristiwa itu mengidentifikasi terjadinya “rangkaian kesalahan“ yang dilakukan oleh kru penerbangan.

Kapten pesawat tidak bisa “secara akurat memahami apa yang sedang terjadi di dalam kokpit dan di luar pesawat,“ ketika badai menghalangi kru untuk melilhat landasan pacu, demikian isi laporan tersebut. (Baca: Lion Air Diminta Latih Pilot)

“Kami telah melakukan evaluasi dan mengambil sejumlah langkah perbaikan sejak insiden tersebut,“ kata direktur Lion Air, Edward Sirait.

“Kami telah meningkatkan pelatihan simulasi untuk skenario cuaca yang berbeda-beda di sekitar bandara dan mengikuti rekomendasi lain yang dibuat oleh regulator,“ kata dia. Komite keselamatan itu telah mengeluarkan laporan awal dan membuat sejumlah rekomendasi sebulan setelah kecelakaan.

Ia juga mengatakan bahwa masakapai itu tidak lagi menggunakan jasa kedua pilot itu sejak kecelakaan terjadi.

Pilot berumur 48 tahun dengan pengalaman 15.000 jam terbang menjadi kapten, dan seorang berkewarganegaraan India berumur 24 tahun dengan pengalaman hanya 1.200 jam terbang merupakan co-pilot, dalam penerbangan itu, menurut KNKT.

“Pilot yang bertanggungjawab (Pilot-in-Command) mungkin tidak menyadari karakteristik badai, khususnya dampak sifat alamiah dari cumulonimbus," demikian pernyataan komite. ”Kondisi diatas bisa disimpulkan sebagai tidak adanya kesadaran situasional,“ kata KNKT.

Laporan itu menyebut bahwa kru memutuskan untuk mengambil jalan memutar dan mencoba pendekatan lain, ketika pesawat berada dalam posisi terlalu rendah untuk melakukan manuver seperti itu.

Pilot tidak mendapat update yang akurat pada saat dibutuhkan mengenai perubahan cuaca yang cepat, kata komite.

Indonesia menghadapi kekurangan pilot komersil seiring bertambahnya lalu lintas udara sekitar 20 persen per tahun dan maskapai baru bermunculan menyusul liberalisasi industri penerbangan pada awal tahun 2000an. Penerbangan Indonesia melayani sekitar 70 juta penumpang tahun lalu.

ab/rn (afp,ap,rtr)