1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kecanduan Obat Akibat Stres Kerja

Christian Ignatzi27 Agustus 2013

Banyak pegawai yang menggunakan obat semacam doping untuk mengatasi stres dan tekanan di tempat kerja. Dampaknya, semakin banyak pegawai yang jatuh sakit. Uni Eropa kini menuntut agar perusahaan turut bertindak.

https://p.dw.com/p/19Wff
#28687512 - Stress im Büro © granata68
Symbolbild BürokratieFoto: Fotolia/granata68

Sebelum kematiannya, ia dikatakan bekerja tanpa henti tiga hari tiga malam. Moritz E. ditemukan tak bernyawa di kamar mandi kamar hotel di London. Ia baru berusia 21 tahun. Menurut laporan media, pekerja magang di sebuah bank investasi ini menderita epilepsi dan meninggal karena bekerja terlalu keras.

Kasus ini mendapat sorotan tajam dari Komisi Eropa di Brussel. Menurut perwakilan partai Jerman SPD Jutta Steinruck, anak muda tidak boleh membiarkan dirinya dimanfaatkan hanya demi keuntungan perusahaannya.

Lebih Sering Sakit

Menurut laporan tahunan perusahaan asuransi kesehatan Jerman AOK, banyak warga yang menggunakan secara rutin obat pemacu prestasi untuk bisa memenuhi tuntutan di tempat kerja. "Untuk mengatasi stres kerja, lima persen pekerja dalam 12 bulan terakhir menggunakan obat pemacu prestasi seperti psikotropik atau amfetamin", ujar Helmut Schröder dari AOK.

Khususnya pegawai berusia muda yang lebih sering menggunakan doping tersebut. Obat itu membantu mengalahkan rasa kantuk dan kelemahan konsentrasi. Sekitar delapan persen dari pegawai berusia di bawah 30 tahun kecanduan obat pemacu prestasi.

Masalahnya, obat tersebut bisa menyebabkan sakit kepala dan perasaan mual, kecanduan dan merusak organ tubuh. Antara 2002 dan 2012, jumlah pegawai yang tidak masuk kerja karena kecanduan obat meningkat 17 persen.

Tekanan Berprestasi di Negara Industri

Tidak hanya Jerman, tapi semua negara industri menghadapi kendala yang sama. Bahkan sudah sejak masa kuliah, para mahasiswa menggunakan doping. "Di Amerika misalnya, 25 persen mahasiswanya menjadi korban doping", ujar anggota Komisi Eropa Steinruck. Di Jerman jumlahnya lima persen.

"Terlalu stress dan beban kerja terlalu tinggi bisa mengakibatkan krisis psikis dan kecanduan", jelas serikat pekerja Jerman (DGB). Ini khususnya dalam konflik dengan atasan dan bullying. Tapi jam kerja yang terlalu lama juga bisa menimbulkan depresi dan cenderung mudah kecanduan obat.

Symbolbild Dopingverdacht Olympiastützpunkt Rheinland-Pfalz/Saarland
Obat pemacu prestasi mudah dibeli secara bebas di JermanFoto: Fotolia/Sven Bähren

"Ini khususnya terjadi pada mereka yang punya perasaan tanggung jawab tinggi atas pekerjaannya", ujar Helmut Schröder dari AOK Mereka sering gelisah dan cepat mencari bantuan penenang dari obat atau alkohol. "Perusahaan harus membantu mereka dalam melindungi diri sendiri", kata Schröder.

Kewajiban Perusahaan

"Kondisi kerja yang baik adalah pencegahan kecanduan yang terbaik. Gaji yang cukup, organisasi kerja yang baik dan rasa aman di tempat kerja harus diperbaiki", tegas DGB kepada DW.

Perusahaan misalnya juga dapat memberikan penawaran kursus untuk memperbaiki kondisi kesehatan pekerjanya. Demikian pendapat Raphael Gaßmann, pimpinan organisasi masalah kecanduan Jerman (DHS) kepada radio RBB. "Seperti misalnya dengan kursus meditasi atau relaksasi dan olahraga. Kursus bisa digelar saat jam kerja atau turut dibiayai oleh perusahaan."

Tema Politik

Bagi anggota Komisi Eropa Steinruck, politik harus turun tangan agar pemakai tidak terlalu mudah memperoleh obat pemacu prestasi. "Kita harus membatasi obat yang bisa dibeli secara bebas melalui internet." Politik juga harus mementingkan pencegahan.

Ini termasuk pengawasan jam kerja dan pemastian gaji yang cukup untuk hidup. "Pekerja temporer, paksaan mobilitas dan kewajiban untuk hadir di kantor juga harus dibatasi secara hukum. Ini akan mengurangi beban para pegawai", kata Steinruck.