1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebun Buah Organik Bantu Warga Miskin

Manuela Kasper-Claridge29 September 2014

Perkebunan organik di Filipina tidak hanya menghasilkan buah dan sayur berkualitas tinggi, melainkan juga membantu warga miskin dari kawasan kumuh Manila. Mereka pindah ke pedesaan dan jadi petani.

https://p.dw.com/p/1DKv2
Stand mit Obst Gemüse und Eiern in Madagaskar
Foto: DW/F. Müller

Mangga dari perkebunan organik di dekat Manila pasti segar, karena baru dipetik petani. Setiap buah harus dipetik satu per satu. Mereka puas dengan hasil panen. Cherrie Atilano, yang berusia 27 tahun, lulusan jurusan pertanian. Ia mengatur perkebunan di dekat kota Manila. Di samping buah-buahan, di sini juga tumbuh sayur, misalnya labu. Dan itu semua tanpa menggunakan zat kimia.

Atilano mengatakan, "Ini adalah perkebunan organik. Para petani kami sudah belajar untuk menanam secara organik. Sayur-sayuran misalnya, ditempatkan dalam kantung plastik supaya terlindung. Kami tidak menggunakan pestisida kimia. Itu tidak sehat. Coba bayangkan, orang bekerja dalam suhu setinggi ini, dan ditambah pestisida. Ini pasti merugikan mereka.“

Dari daerah kumuh jadi petani

Möhren und Äpfeln
Foto: Fotolia/Africa Studio

Orang-orang yang tinggal di sini, datang dari kawasan kumuh Manila. Di sana mereka bekerja dengan upah harian. Sekarang mereka dilatih untuk menjadi petani. Perkebunan itu sekarang jadi rumah mereka. Setiap keluarga punya rumah dengan air yang mengalir dan listrik. Ini adalah kemewahan bagi sebagian besar orang. Dan semua orang bekerja untuk memperluas perkebunan.

Di dekat perkebunan didirikan bank, yang tugasnya membagikan kredit dalam jumlah kecil kepada penduduk desa. Ini sebuah proyek sosial, yang dibiayai perusahaan besar.

Antonio Meloto adalah pencetus ide untuk mendirikan proyek itu. Ia memenangkan banyak penghargaan untuk peran sosialnya. Setelah menyelesaikan kuliah, Cherrie Atilano memutuskan untuk bekerja dengan Meloto.

Ia menjelaskan, dengan dibangunnya rumah yang dilengkapi air mengalir dan toilet, proyek ini akan mendorong kesejahteraan. "Ada udara bersih, ada jaminan kesehatan, ada pekerjaan, dan anak-anak bisa ke sekolah. Nantinya pemberontak dan penjahat akan berkurang,“ ditambahkan Meloto.

Bagi Cherrie Atilano peran dalam masyarakat sudah wajar dan banyak orang lain yang berpendapat sama. Banyak orang muda dari negara-negara lain yang datang ke perkebunan itu, dan untuk sementara waktu mempraktekkan kemampuan di sini.

Obst und Gemuesekorb
Foto: picture alliance/chromorange

Memadukan kemampuan dan pengetahuan

Dalam konsep itu termasuk juga sebuah toko, di mana produk-produk kebun dijual. Yang penting dalam hal ini adalah pemasaran yang benar, misalnya pembuatan teh dari serai. Cherrie Atilano memaparkan, "Pada dasarnya, kami menggabungkan kemampuan orang miskin dengan pengetahuan orang lain. Orang miskin punya ide dan kemampuan, tapi tidak punya cara dan pengetahuan, untuk dapat melaksanakan proyek. Mereka tidak kenal rencana bisnis, dan tidak kenal rantai pasokan.“

Tapi hanya dengan cara itu, hidup akan jadi menarik lagi bagi orang yang tinggal di pedesaan. Jika keluarga bisa hidup dengan baik dari hasil perkebunan dan anak-anak mendapat kesempatan memperoleh pendidikan.

Sebuah perpustakaan juga didirikan dengan dibiayai sumbangan. Tiga tahun lalu, hanya sedikit anak yang pergi ke sekolah. Sementara ini lebih dari 50 buruh harian mendapat pekerjaan di perkebunan tersebut.