1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebrutalan ISIS Picu Kemarahan Kaum Muslim

4 September 2014

Video pemenggalan kepala sandera-sandera IS dimaksudkan untuk meneror musuh kelompok tersebut. Tapi di waktu bersamaan, kaum Muslim di berbagai penjuru dunia mengecam dan memisahkan diri dari paham IS.

https://p.dw.com/p/1D6GL
Foto: picture alliance/abaca

Selasa (02/0914), kelompok teror yang beroperasi di Irak dan Suriah, yang kini menamakan diri Islamic State (IS), merilis video baru, menunjukkan pemenggalan kepala Steven Sotloff, jurnalis asal AS. Video ini memicu kemarahan dan ketakutan di negara-negara Barat. Para pakar berpendapat, ini adalah hal yang ingin diraih IS.

Rita Katz, direktur SITE, organisasi yang memonitor kelompok ektremis, mengatakan, "Kebrutalan yang didemonstrasikan di video menyampaikan pesan, 'Jangan main-main dengan kami." Katz menambahkan, video ini juga untuk "merekrut jihadis". IS berharap bisa menarik perhatian minoritas Muslim radikal yang terkesan dengan aksi kekerasan semacam itu.

Sementara itu, Asms Afsaruddin, profesor studi agama di Indiana University, mengatakan bahwa Islamic State menyebut dirinya sebagai 'satu-satunya Muslim yang asli' dan menggunakan pembunuhan sebagai taktik psikogis untuk meneror orang lain.

Tidak sejalan dengan Islam

Namun, bagi kebanyakan umat Muslim di dunia, taktik IS justru menimbulkan kemarahan. Di Indonesia, ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, bulan lalu telah menyebut IS sebagai gerakan sesat dan menyesatkan. "ISIS tidak direstui oleh Islam dan dikutuk oleh Allah dan Al-Quran." Ia menambahkan, perilaku kekerasan atas nama apapun kepada siapapun tidak dibenarkan dalam Islam.

Suara senada juga terdengar dari Sheikh Khaldun Araymit, sekjen Supreme Islamic Council di Libanon. "Aksi IS dengan melakukan pemenggalan dan melecehkan minoritas bertentangan dengan Islam dan kepercayaan umat Muslim. Sikap IS tidak hanya berlawanan tetapi juga menyerang Islam."

Umat Muslim kerap mengekspresikan perasaan yang sama dan mempostingnya di jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, setiap kali IS melakukan aksi kebrutalan. Petingi Institut Al Azhar yang merupakan otoritas agama Islam di Mesir juga menolak keberadaan IS dan menyatakan aksi IS sebagai "tidak Islami". "Aksi kejahatan tidak ada hubungannya dengan Islam", kata Abbas Shorman kepada kantor berita AFP. "Tidak ada tempat bagi mereka di dalam hukum Islam."

vlz/yf (afp)