1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Doping Kembali Guncang Dunia Atletik

Joscha Weber16 Juli 2013

Sebulan jelang kejuaraan dunia atletik di Moskow, atlet terkenal Tyson Gay dan Asafa Powell dinyatakan positif menggunakan bahan doping. Bagaimana kelanjutan nasib cabang olahraga populer tersebut?

https://p.dw.com/p/198N8
FILE - In this Saturday, May 19, 2013 file photo, Asafa Powell of Jamaica, center, competes with Nesta Carter of Jamaica, left, and Kim Collins of Saint Kitts, right, during the men's 100 meter at the Diamond League track and field competition in Shanghai, China. Former 100-meter world-record holder Asafa Powell and Jamaican teammate Sherone Simpson have each tested positive for banned stimulants, according to their agent. Paul Doyle told The Associated Press on Sunday, July 14, 2013 that they tested positive for the stimulant oxilofrine at the Jamaican championships and were just recently notified. The news came the same day that American 100-meter record holder Tyson Gay revealed that he also failed a drug test. (AP Photo/Eugene Hoshiko, File)
Asafa Powell und Nesta CarterFoto: picture alliance / AP Photo

Jelang kejuaraan dunia atletik di Moskow (10-18.8.2013), Tyson Gay sebenarnya ingin membuktikan kemampuannya dan keluar dari bayang-bayang pesaing terbesarnya Usain Bolt. Dua minggu yang lalu, Gay masih mengatakan: "Saya rasa saya punya peluang baik lawan pelari mana pun. Saya hanya harus dalam kondisi sehat." Gay keliru.

Setelah hasil uji doping positif, Tyson Gay bersama dengan atlet lain seperti Asafa Powell, Nesta Carter dan Sherone Simpson, sepertinya harus melupakan turut bertarung di kejuaraan dunia mendatang. Gay sendiri mengaku hasil tes dopingnya positif, tanpa menyebut jenis obat apa yang ia gunakan. Alasannya, "Saya mempercayai seseorang dan orang tersebut sepertinya menelantarkan saya."

Dampak Kasus Doping Bagi Olahraga

Cabang lari sprint 100 meter sejak bertahun-tahun mengalami kasus doping. Setidaknya sejak skandal doping Ben Johnson pada pesta Olimpiade 1988, rasa percaya terhadap juara cabang tersebut tidak lagi sepenuhnya ada. Helmut Digel, anggota dewan perhimpunan atletik dunia IAAF mengakui, "Keraguan selalu ada. Namun, kasus doping positif tetap merupakan syok dan sebuah skandal. Bagi semua atlet yang 'bersih' apa yang dilakukan para penipu cabang atletik ini adalah aib."

Terungkapnya kasus doping Tyson Gay dan Asafa Powell asal Jamaika hanya sebulan jelang kejuaraan dunia mengejutkan banyak pihak. "Kepercayaan akan program anti doping dan atletik justru akan semakin kuat, setiap kali ada kasus baru yang terungkap", demikian upaya Nick Davies, wakil sekjen IAAF, untuk menenangkan situasi.

Tyson Gay
Tyson Gay gagal lolos tes dopingFoto: picture-alliance/dpa

Clemens Prokop, presiden perhimpunan atletik Jerman DLV, juga berusaha menarik efek positifnya. "Di satu sisi, kasus ini tentu membebani olahraga, tapi di sisi lain, ini juga menunjukkan, bahwa olahraga menanggapi upaya perang melawan doping secara serius dan semakin banyak 'penipu' yang terungkap. Jadi pada akhirnya, ini sebuah kemenangan bagi cabang atletik."

Buka Peluang Bagi Sprinter Lain?

Mungkin Prokop juga berharap, dengan demikian sprinter Jerman bisa memiliki kesempatan lebih baik. Sejak bertahun-tahun, atlet Jerman tertinggal dalam cabang lari sprint 100 meter. Waktu tercepat dicatat Julian Reus dengan 'hanya' 10,09 detik. Jauh lebih lambat dari waktu Usian Bolt. "Bagi sprinter Jerman, ini pertanda positif. Karena ini berarti prestasi kami lebih dihargai", ujar Reus. Prokop setuju dengan pendapat tersebut, dan menurutnya ini "memberi semangat bagi atlet yang belum sampai ke puncak prestasi untuk membuktikan bahwa atlet yang bersih dari doping juga bisa sukses."

Pakar doping profesor Wilhelm Schänzer menganalisa obat perangsang oxilofrine yang dipakai oleh para atlet Jamaika. Menurutnya obat tersebut bisa masuk masuk ke dalam tubuh atlet melalui suplemen vitamin yang tidak bersih. Karena obat perangsang seperti oxilofrine sebenarnya baru berguna bagi cabang olahraga yang butuh stamina untuk waktu lama, Schänzer lebih mempercayai penggunaan obat doping anabolik canggih yang bisa membantu pertumbuhan otot. "Peningkatan prestasi dalam sepuluh tahun terakhir terkait dengan anabolik dan mungkin juga hormon pertumbuhan. Ini tidak bisa diraih hanya melalui obat perangsang seperti oxilofrine."