1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kanker antara Gaya Hidup dan Takdir Manusia

Brigitte Osterath4 Februari 2014

Sebuah studi di Amerika Serikat memastikan dampak gaya hidup pada risiko penyakit kanker. Konsumsi nikotin dan kegemukan adalah faktor terbesar. Namun begitu takdir tetap memegang kendali.

https://p.dw.com/p/1B2Mk
Foto: Fotolia/ Gina Sanders

"Kanker bukan takdir," kata Indrayani Ghangrekar, pakar kesehatan pada organisasi penelitian kanker, Cancer Research di Inggris. Memang nyaris semua kasus kanker disebabkan oleh perubahan pada gen manusia. Tapi seberapa cepat kerusakan gen bisa merebak, bergantung pada prilaku manusia. "Contohnya adalah mengurangi risiko dengan tidak merokok," kata Ghangrekar.

Fenomena itu dikuatkan oleh temuan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, Januari silam. Antara 2005 hingga 2009 kasus penyakit kanker paru-paru pada pria turun dari 87 menjadi 78 per 100.000 penduduk dan pada perempuan dari 57 menjadi 54 per 100.000 penduduk. Faktor terbesar yang menyebabkan penurunan menurut studi tersebut adalah berkurangnya jumlah penduduk AS yang merokok.

Hal serupa bisa diamati di Jerman dan beberapa negara lain di Eropa. Cuma saja fenomena itu berlaku buat laki-laki. Sebaliknya pada perempuan kasus penyakit kanker justru berlipatganda. Diduga, hal itu disebabkan oleh meningkatnya jumlah perempuan yang merokok.

Separuh Kasus Kanker bisa Dicegah

Gaya hidup berpengaruh besar pada pertumbuhan sel kanker. Lebih dari yang diduga selama ini. Begitulah temuan peneliti kanker, Max Parkin dari Queen Mary University di London yang menjalankan studi bersama Cancer Research UK.

Menurut temuan Parkin, di negara-negara industri maju seperti Inggris, 42,7% kasus kanker yang terekam pada 2010 bisa dicegah - kebanyakan dengan mengurangi konsumsi rokok dan alkohol, lebih banyak berolahraga, mengurangi berat badan dan makanan yang lebih sehat.

Dibanding penduduk di Afrika atau Asia Tenggara, penduduk Eropa dan AS sepuluh kali lipat lebih banyak menderita penyakit kanker payudara, rahim, usus besar atau kanker pankreas, menurut Pusat Penelitian Kanker Jerman, DFKZ.

Sebaliknya penduduk di negara-negara berkembang lebih sering terserang kanker hati. Penyebab terbesarnya adalah penyakit infeksi seperti Hepatitis. Virus yang menyerang hati bisa sedemikian merusak struktur sel sehingga menyebabkan tumbuhnya sel kanker.

Hal serupa bisa diamati pada kanker kulit. Australia, Afrika Selatan, Eropa dan Amerika Utara adalah kawasan yang memiliki pasien kanker kulit paling banyak. "Wilayah itu didiami oleh penduduk berkulit putih yang tidak bisa menerima pancaran sinar matahari intensif," kata Jessica Hassel, dokter kepala di Pusat Penyakit Tumor di Heidelberg, Jerman.

Statistik Kehidupan

Merokok, konsumsi alkohol, berjemur dan kegemukan seperti memainkan dadu yang sudah dimanipulasi. Jika seseorang mengubah dadu dengan menggambar angka satu pada tiga bidang, maka kemungkinan munculnya angka tersebut akan berlipatganda. Demikian pula dengan probabilitas munculnya angka pada tiga bidang lainnya - cuma saja dengan peluang yang lebih kecil.

"Pada akhirnya hidup manusia banyak ditentukan oleh probabilitas dan statistik, " kata peneliti kanker, Elio Riboli dari Imperial College London. "Kenapa kita menggunakan sabuk pengaman ketika mengendarai mobil? Karena statistik menyebutkan, sabuk bisa memperbesar peluang keselamatan dalam kasus kecelakaan."

Jika saja setiap risiko penyakit kanker bisa dikurangi dengan menjalankan gaya hidup sehat, maka jumlah pasien akan berkurang, kata Riboli. "Tapi pada akhirnya kita semua akan tutup usia, kami tidak bisa menyelamatkan nyawa, cuma memperlambat kematian."