1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kamboja Minta Bantuan Pengadilan Internasional Soal Perbatasan

29 April 2011

Perebutan wilayah perbatasan Thailand-Kamboja terus menelan korban. Kini diharapkan bantuan pihak-pihak ketiga untuk memecahkan masalahnya.

https://p.dw.com/p/116Yr
Foto: AP

Pemerintah Kamboja hari Jumat (29/04) meminta bantuan Mahkamah Internasional, ICJ untuk menilik kembali keputusannya, yang menetapkan candi Preah Vihear sebagai milik Kamboja. Selama puluhan tahun, candi itu telah menjadi sumber sengketa antara Kamboja dan Thailand. Kedua negara mengaku memiliki wilayah seluas 4,6 kilometer persegi di sekitar candi itu. Thailand bersikeras, wilayah itu tidak termasuk dalam putusan Pengadilan Internasional ICJ pada tahun 1962.

Dalam pernyataanya hari Jumat, pemerintah Kamboja menegaskan bahwa permintaan untuk menilik kembali putusan ICJ disebabkan oleh serangkaian bentrokan dengan Thailand, yang disebutnya melakukan agresi. Ini merupakan pertama kalinya salah satu pihak yang berseteru menyampaikan permintaan itu ke Mahkamah Internasional.

Permintaan Kamboja disampaikan setelah rangkaian bentrokan selama delapan hari di sepanjang wilayah perbatasan itu, yang menyebabkan sedikitnya 16 orang tewas dan 60 orang lainnya luka-luka. Sudah puluhan ribu orang yang menetap di sekitar wilayah itu yang mengungsi.

Lebih dari 50 ribu orang mengungsi akibat konflik yang belum terselesaikan ini
Foto: AP

Di pihak lain, jurubicara pemerintah Thailand, Thani Thongpakdi menyatakan bahwa Thailand menerima keputusan ICJ mengenai candi Preah Vihear itu. Namun putusan tersebut tidak meliputi wilayah yang menjadi sengketa itu.

Belakangan Thailand juga menyalahkan keputusan ICJ di tahun 1962 itu, yang disebutnya telah menyulut konflik antara kedua negara tetangga. Dikatakannya, Thailand telah memperkirakan bahwa Kamboja akan menyampaikan permintaan itu kepada ICJ. Karenanya, Bangkok juga siap untuk membahas kembali kasus tersebut, meskipun sebenarnya lebih mengutamakan penyelesaian bilateral.

Kamboja menyampaikan permintaannya kepada ICJ pada hari Kamis (28/04), setelah gencatan senjata kedua negara untuk kesekian kalinya kembali dilanggar. Kamis malam, seorang tentara Thailand tewas dalam baku tembak antara kedua pihak. Begitu ungkap militer Thailand di Bangkok. Kamboja menyangkal terlibat dalam kematian tentara itu. Sebaliknya menuding, bahwa enam granat Thailand meledak di wilayah Kamboja dekat candi Ta Krabei.

Juru bicara pemerintah Kamboja Phay Siphan menambahkan, Phnom Penh tetap menghormati gencatan senjata dengan Thailand dan tidak mau terprovokasi untuk melanggarnya. Dikatakannya, Thailand hanya menawarkan gencatan senjata agar bisa mempersiapkan sebuah serangan baru.

Candi Preah Vihear
Foto: picture-alliance/dpa

Sementara itu di Jakarta, Menteri Luar Negeri Thailand Kasit Piromya mengatakan Bangkok menyambut usul Indonesia untuk menempatkan pemantau di kawasan perbatasan guna memonitor gencatan senjata yang berlangsung. Hal itu diutarakannya setelah menemui Menlu Indonesia Marty Natalegawa, yang sebagai ketua Perhimpunan Neagara-negara Asia Tenggara, ASEAN, berusaha menengahi konflik antara kedua negara tetangga itu.

Pun Kamboja sudah lama mengingkan adalnya pemantau Indonesia di kawasan perbatasan Thailand-Kamboja. Tapi usul itu dikesampingkan oleh Thailand yang menuntut adanya butir tambahan dalam kesepakatan tersebut. Yakni bahwa pasukan Kamboja yang berada di wilayah perbatasan ditarik pulang. Tuntutan yang menurut Phay Siphan pekan ini tidak bisa diterima oleh Kamboja.

Edith Koesoemawiria /dpa/afp
Editor : Hendra Pasuhuk