1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jumlah Orang Kaya Asia Lampaui Eropa

11 September 2011

Booming perekonomian Cina mengangkat jutaan warga dari jurang kemiskinan. Banyak produk Cina juga kualitasnya lebih baik sekarang ketimbang 20 tahun lalu. Hanya segelintir warga Cina bertengger di daftar tahunan Forbes.

https://p.dw.com/p/12Wm3
Logo Forbes
Logo ForbesFoto: AP Graphics

Pengumuman daftar orang terkaya versi Forbes digelar di hotel super mahal Peace Hotel di jalanan utama kota Shanghai, Cina. Layaknya malam piala Oscar saja. Bunyi-bunyi terompet membahana di dalam ruangan. Nama-nama muncul di layar raksasa. Liang Wengen muncul sebagai orang terkaya di daratan Cina. Kekayaannya menurut Forbes bernilai 9,3 miliar Dolar.

Orang terkaya Cina versi Forbes, Liang Wengen.
Orang terkaya Cina versi Forbes, Liang Wengen.Foto: DW/Mathias Bölinger

Liang adalah pendiri perusahaan alat berat Sany Heavy. Ia sendiri tidak hadir malam itu. Xiang Wenbo, seorang petinggi Sany mewakili. Kebetulan Xiang juga masuk ke dalam daftar Forbes di peringkat ke-79. "Saya rasa seseorang tak perlu malu karena kaya. Ruang kerja Sany yang pertama itu adanya di ruang bawah tanah di sebuah desa. Sekarang sudah menjadi kandang babi. Dari situ Sany menjelma jadi perusahaan yang sekarang. Dari mana asal uang kami itu sudah jelas," ujar Xiang.

Daftar Forbes cerminan ekonomi Cina

Dari seluruh Cina, ada 146 miliuner yang masuk Forbes. Menurut Russell Flannery, sang penyusun daftar, jumlahnya hanya bertambah 18 orang dari tahun lalu. "Cina berada di peringkat kedua dalam jumlah miliuner setelah Amerika Serikat. Secara keseluruhan, informasi kekayaan yang berhasil di himpun dalam daftar 400 orang tersebut cenderung naik dibandingkan tahun lalu. Tapi kenaikan ini hanya 4 persen. Sangat jauh di bawah pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 10 persen. Itu juga karena harga saham anjlok. Kekayaan orang-orang yang masuk daftar sangat tergantung dengan harga sekuritas yang mereka miliki," jelas Flannery.

Daftar tahunan Forbes juga menunjukkan perubahan struktural perekonomian Cina. Dalam beberapa tahun terakhir, kalangan miliarder Cina didominasi industri perumahan dan komoditas. Mereka kini merosot dalam peringkat. Para jutawan baru lahir dari ranah internet dan teknologi. Contohnya Sany yang cakupan produksinya sudah mendunia. Pabrik baru Sany kini tengah dibangun di Bedburg, dekat Köln.

Konstruksi pabrik Sany di Bedburg, Jerman.
Konstruksi pabrik Sany di Bedburg, Jerman.Foto: DW/Mathias Bölinger

Orang-orang terkaya di Indonesia

Di peringkat kedua ada Robin Li, salah satu pendiri raksasa internet Baidu. Di level internasional, peringkat tertinggi bagi pengusaha Indonesia adalah peringkat 208. Diduduki kakak beradik pemilik Djarum, Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono. Kekayaan keduanya mencapai 10 miliar Dolar. Berikutnya Low Tuck Kwong di peringkat 304 dengan 3,6 miliar Dolar. Orang ketiga terkaya di Indonesia tersebut pemain kelas kakap di sektor batubara. Anak perempuannya yang berusia 24 tahun dan berdomisili di Singapura, Elaine Low, menyumbangkan satu juta Dolar Singapura bagi korban gempa bumi dan tsunami Jepang Maret lalu. Dua kali lipat dari jumlah donasi pemerintah Singapura.

Orang terkaya Cina aparat negara?

Tahun ini Forbes menobatkan Asia sebagai wilayah dengan populasi miliuner terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Melampaui Eropa untuk pertama kalinya dalam sejarah. Orang Asia dengan kekayaan lebih dari satu miliar Dolar bertambah 98 orang dari tahun lalu. Empat puluh enam diantaranya adalah warga Cina. Namun seorang ekonom di Beijing, Hu Xingdou, menilai daftar Forbes sebagai timpang, karena hanya mewakili sektor swasta.

"Orang-orang terkaya Cina yang sebenarnya tidak ada di daftar tersebut. Mereka anonim dan tidak diketahui. Kebanyakan kemungkinan besar abdi negara. Masyarakat tidak mengetahui apa-apa," ungkap Hu. Ia berpendapat orang-orang super kaya Cina justru adanya di perusahaan-perusahaan besar milik negara, para aparat negara. Kekayaan mereka dan dari mana asalnya tidak diketahui awam. Dalam kasus ini, korupsi seringkali berperan.

Markus Rimmele/Carissa Paramita

Editor: Andy Budiman