1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Joseph Haydn, Mengecap Kebebasan di London

1 Juni 2009

Setelah bebas dari kewajiban yang mengikat di Esterháza, Haydn berkunjung ke London dan untuk pertama kalinya melihat dunia luar.

https://p.dw.com/p/I1dG
Joseph Haydn dalam perjalanan menyeberang Selat Inggris menuju London (1 Jan 1791), lukisan Carl RoehlingFoto: picture-alliance / akg-images

Tanggal 28 September 1790 Fürst Nicolaus Esterházy, yang menjadi majikan Joseph Haydn selama 28 tahun, meninggal dunia. Ia meninggalkan uang pensiun cukup banyak bagi Haydn, sehingga komponis itu dapat hidup tanpa ketergantungan. Anak Fürst Nicolaus, yaitu Fürst Anton, yang tidak begitu menyukai musik segera membubarkan orkestra dan kelompok teater di Esterháza. Haydn tetap dipekerjakan di keluarga itu dan mendapat gaji seperti sebelumya, tetapi ia tidak terikat kewajiban apapun.

Meninjau Dunia Luar

Dengan demikian tibalah saatnya bagi Haydn untuk keluar dari kehidupan istana yang sempit. Ia kemudian pindah ke kota Wina. Awalnya ia tinggal di rumah seorang temannya, tetapi beberapa bulan kemudian, tahun 1791 ketika berusia 59 tahun ia bertolak untuk pertama kalinya ke Inggris. Langkah itu diambilnya berdasarkan dorongan pemain biola dan pelaksana konser Johann Peter Salomon. Di Inggris Haydn sudah lama terkenal. Partitur musik karya Haydn dapat dibeli di Inggris, bahkan komposisinya, Simfoni No. 74, diterbitkan di Inggris.

Di Inggris Haydn sukses besar dan mengumpulkan pengalaman-pengalaman baru. Ia tinggal selama satu setengah tahun di Inggris. Dua tahun kemudian, tahun 1794 ia kembali berkunjung ke London. Seperti halnya di Paris, di London musik mempunyai peranan berbeda daripada di Wina. Di Wina kehidupan terpenting di dunia musik berlangsung di teater istana dan di akademi milik bangsawan. Sedangkan di Inggris konser-konser bagi masyarakat umum menjadi peristiwa terpenting. Untuk masyarakat London Haydn menulis 12 simfoni. Ia juga memimpin sendiri permainan karya-karyanya itu.

Mengembangkan Diri di London

Di samping itu komponis asal Austria tersebut juga menulis karya untuk string quartet, sonata untuk piano, komposisi untuk trio piano, cello dan biola, juga lagu-lagu Skotlandia, musik untuk berbaris, mazmur dalam bahasa Inggris dan minuet, yaitu musik untuk mengiringi tarian yang umum di masyarakat. Untuk karya-karyanya ia mendapat pemasukan dalam jumlah banyak. Selain itu, penghargaan yang diperolehnya di kota terkenal di dunia ini sangat menggembirakannya. Ia bahkan juga mendapat gelar honoris kausa dari universitas Oxford. Sebagai tanda terimakasih Haydn membuat Simfoni No. 92 yang kemudian dikenal dengan sebutan Oxforder Sinfonie.

Kesan-kesan baru dan memukau yang diperoleh sang komponis dari kota kecil itu di kota metropolitan London ditulisnya dalam buku catatan dan surat-surat kepada dua teman baiknya, penyani Luigia Polzelli dan Marianne von Genzinger. Walaupun saat itu telah berusia lebih dari 60 tahun, Haydn tetap ingin tahu tentang segalanya, tertarik untuk mengenal berbagai hal dan ikut ambil bagian dalam hidup kemasyarakatan yang sampai saat itu tidak dikenalnya sama sekali. Ia kerap diundang ke jamuan makan, ke acara dansa, ke berbagai pesta serta ke konser-konser. Ia sangat dihargai keluarga kerajaan Inggris, juga terkenal di kalangan bangsawan dan masyarakat kelas atas.

Musik dan Pengalaman Yang Menyentuh

Deutschland Bildgalerie Händel Festjahr 2009 Malerei
Georg Friedrich Händel (23.2.1685- 14.4.1759)Foto: picture-alliance / akg-images

Peristiwa musik yang paling penting baginya adalah festival Händel yang diadakan tiap tahun di London. Mei 1791 untuk pertama kalinya ia mendengar oratorium karya Georg Friedrich Händel yang berjudul Messias di gereja terbesar London, Westminster Abbey. Menurut orang pertama yang menulis biografi Haydn, Giuseppe Carpani, Joseph Haydn begitu tersentuh oleh karya Händel sehingga ia segera mempelajari oratorium karya Händel tersebut. Sejak itu karya Händel sangat mempengaruhi oratorium ciptaan Haydn berikutnya.

Pengalaman pribadi yang paling penting dalam hidup Haydn adalah perkenalannya dengan janda pianis dan komponis Johann Samuel Schröter. Jika ia saat itu belum menikah, ia pasti akan menikahi Rebecca Schröter. Istrinya sendiri, yang gemar menyebabkan pertengkaran, tidak diajak Haydn ke Inggris. Sang istri tetap tinggal di Wina dan bisa ditemui di pemandian yang berada di dekat Wina.

Tahun 1791 Haydn mendengar berita tentang meninggalnya Wolfgang Amadeus Mozart. Kepada teman baik Mozart, Johann Michael Puchberger Haydn menulis, “Saya sangat terpuruk setelah mendengar berita meninggalnya Mozart. Saya tidak bisa percaya bahwa kematian datang begitu cepat kepada pria yang tidak ada taranya itu dan membawanya ke dunia lain.“

Membantu Ludwig

Dalam perjalanannya kembali dari London, Joseph Haydn singgah di kota Bonn, dan berkenalan dengan komponis besar lainnya, Ludwig van Beethoven yang ketika itu baru berusia 22 tahun. Ludwig muda kemudian menjadi murid Haydn. Bangsawan Graf Waldstein, yang menjadi pendukung dan pemberi dana bagi Beethoven selama itu, menulis di buku harian Beethoven pada hari keberangkatannya ke Wina: “Beethoven yang baik, anda kini akan bertolak ke Wina. Jika anda rajin, anda akan mendapatkan jiwa Mozart lewat tangan Haydn!“

Deutschland Komponist Ludwig van Beethoven Zeichnung
Ludwig van Beethoven (17.12.1770-26.3.1827)Foto: picture-alliance / akg-images

Ternyata Beethoven tidak puas dengan pelajaran dari Haydn, sehingga ia juga belajar musik dari Johann Georg Albrechtsberger dan Antonio Salieri. Namun demikian Beethoven mempersembahkan karyanya, Sonata untuk Piano dalam f minor, opus 2 kepada Haydn.

Pulang ke Austria

Tahun 1795 penyelenggara konser Johann Peter Salomon menyatakan tidak akan melanjutkan perjalanan konsernya ke London. Tanggal 4 Mei 1795 Haydn memimpin konsernya yang terakhir untuk mengumpulkan dana, yaitu dengan memainkan untuk pertama kalinya karyanya, Simfoni No. 104. Menjelang akhir 1795 ia pulang untuk selama-lamanya ke Austria. Ia kembali memulai pekerjaannya pada keluarga Esterházy.

Bangsawan Fürst Anton, yang tidak begitu menyenangi musik meninggal dunia, hanya empat tahun setelah menggantikan ayahnya. Putra Fürst Anton, yaitu Nikolaus II ingin menghidupkan kembali musik di istananya. Tetapi ia membebaskan Haydn dari sebagian besar kewajibannya, sehingga Haydn dapat tetap tinggal di kota Wina. Ia kemudian membeli rumah di Gumpendorf. Dalam 14 tahun terakhir hidupnya, Haydn hampir tidak pernah meninggalkan Wina lagi.


Dieter David Scholz / Marjory Linardy