1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jihad Online ISIL

24 Juni 2014

Para pendukung kelompok jihad mengobarkan perang propaganda online untuk meraih dukungan luas atas upaya mereka menegakkan negara Islam yang membentang dari Suriah hingga Irak.

https://p.dw.com/p/1CP83
Foto: Reuters

Bagi kelompok militan, perjuangan untuk merebut persepsi publik bisa jadi lebih penting ketimbang perang sesungguhnya, membalik kekalahan militer menjadi kemenangan propaganda dan kemenangan pertempuran menjadi sebuah alat yang kuat untuk membangun dukungan.

Serangan, yang dipimpin oleh para jihadis Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL) dan melibatkan kelompok militant Sunni lainnya, telah menyapu sejumlah area luas dari lima provinsi dan mencapai kurang dari 100 kilometer dari Baghdad.

Kesuksesan para militan, tak hanya terjadi di medan tempur, tapi juga di situs microblogging Twitter, di mana mereka mengunggah secara terus menerus foto dan kisah pertempuran.

“Mereka membuat malu tak hanya kelompok pemberontak lain, tapi bahkan juga perusahaan resmi yang mencoba menjual produk mereka secara online,“ kata Aaron Zelin dari Washington Institute for Near East Policy, merujuk pada upaya public relations yang dilakukan ISIL.

“Mereka sangat, sangat baik.”

Ketika pasukan Irak “layu” dalam menghadapi serangan awal, para pendukung ISIL mengirimkan berbagai foto kendaraan-kendaraan militer yang ditangkaap dan menunjukkan posisinya melalui Twitter, selain cerita singkat mengenai penyerangan.

Setelah kelompok ini merebut sebagian besar provinsi utara Nineveh, mereka mengirimkan foto-foto ketika membuldozer batas-batas Irak dengan Suriah sebagai sebuah simbol penyatuan kedua negara itu menjadi negara Islam lintas negara.

Dan ketika ISIL melakukan eksekusi atas para anggota pasukan keamanan Irak di provinsi Salaheddin, gambar-gambar para militan yang mengeksekusi puluhan laki-laki, yang tertelungkup di parit dangkal dengan darah menggenang di pasir, diunggah di Twitter dan berbagai media sosial lain.

Pembajakan hashtag

ISIL telah membuat langkah propaganda, kata Charles Lister, peneliti tamu di Brookings Doha Centre.

"ISIL kelihatannya telah secara efektif meningkatkan baik kualitas maupun kuantitas,” kata Lister.

“Aliran konstan berbagai materi dengan kualitas tinggi menyediakan kepada para pengikutnya gambaran mengenai organisasi yang rapi dengan perlengkapan baik,” kata dia.

“Untuk alasan ini, melawan propaganda harus dilihat sebagai sama pentingnya dengan membendung intensitas konflik di wilayah tersebut.“

Di Twitter, peristiwa-peristiwa besar sering diberi hashtag seperti “WorldCup2014” yang memungkinkan para pengguna dengan mudah mencari konten terkait.

Para pendukung ISIL telah membajak hashtag Piala Dunia dalam bahasa Inggris dan Arab untuk menyebarkan konten pro-ISIL, berusaha memanfaatkan hiruk-pikuk sepakbola dunia sebagai sarana menyampaikan pesan-pesan mereka.

Dan mereka menggunakan berbagai hashtag khusus-ISIL untuk membagi-bagikan konten tentang kelompok mereka dan operasi yang mereka lakukan di Irak.

“Mereka punya rencana yang sangat pintar. Semua kelompok jihadi sangat bagus dengan (kampanye online) yang mereka lakukan, tapi ISIL benar-benar luar biasa,” kata Zelin.

“Mereka menyasar pesan-pesan mereka kepada orang-orang yang berbeda bahasa dengan menggunakan hashtag popular dan mereka juga menciptakan hashtag mereka sendiri di Twitter,” tambah dia.

Zelin mengatakan, aplikasi yang telah dihentikan tersebut, akan mengirimkan pesan-pesan yang sama kepada semua akun Twitter terkait, “sehingga pesan-pesan itu akan membanjir.”

ab/rn (ap,rtr,afp)