1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Sambut 'Nada Konstruktif' Putin

8 Mei 2014

Jerman menyambut sikap konstruktif presiden Rusia tentang Ukraina. Vladimir Putin hari Rabu (07/05) menyerukan agar kelompok separatis di Ukraina timur menunda rencana referendum.

https://p.dw.com/p/1BvUz
Russland Schweiz Präsident und Außenminster Didier Burkhalter bei Wladimir Putin in Moskau
Foto: Reuters

Menteri luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan di Berlin, ia menyambut "nada konstruktif" tentang Ukraina yang disampaikan presiden Rusia Vladimir Putin.

"Kami menyambut nada konstruktif yang digunakan presiden Putin setelah bertemu dengan ketua OSCE Didier Burkhalter", kata Steinmeier dalam sebuah pernyataan. Sekarang "apa yang sudah didiskusikan dengan Moskow" harus segera diimplementasikan.

Selanjutnya Steinmeier menyebutkan, situasi saat ini masih kritis, namun "masih ada peluang untuk mencegah eskalasi kekerasan di Ukraina timur dengan cara diplomasi".

Putin minta referendum ditunda

Setelah bertemu dengan ketua OSCE, Didier Burkhalter di Moskow hari Rabu, Putin mengimbau kelompok separatis di Ukraina timur agar menunda rencana referendum yang siap dilaksanakan 11 Mei mendatang.

"Kami serukan kepada perwakilan di Ukraina tenggara, dan para pendukung federalisasi, untuk menunda referendum yang direncanakan untuk 11 Mei", kata Putin dalam konferensi pers usai pembicaraan dengan Burkhalter, presiden merangkap menlu Swiss.

Putin mengatakan, penundaan itu perlu untuk menciptakan kondisi dialog antara pemerintah di Kiev dan kelompok separatis di timur dan tenggara. Ia juga mengatakan bahwa Rusia sudah menarik pasukannya dari perbatasan ke Ukraina.

Kelompok separatis pro Rusia menyatakan, mereka menghormati sikap Putin, dan akan melakukan pertemuan hari Kamis (08/05) untuk membahas sikap selanjutnya.

Pemerintah Ukraina lanjutkan operasi militer

Amerika Serikat dan NATO menyatakan, belum ada indikasi konkrit bahwa Rusia menarik pasukannya dari perbatasan. Dua bulan yang lalu, Rusia menyiagakan sekitar 40.000 pasukan di perbatasan ke Ukraina, dengan alasan untuk melindungi penduduk etnis Rusia di Ukraina.

Pemerintah Ukraina menerangkan, mereka siap berdialog dengan wakil-wakil partai politik di Ukraina timur, namun tidak dengan kelompok separatis bersenjata. Kementerian luar negeri Ukraina menyatakan, "tidak mungkin berdialog dengan teroris."

Pemerintah Ukraina menyatakan akan melanjutkan operasi militer terhadap gerakan separatis bersenjata pro Rusia yang menguasai beberapa kota di wilayah timur.

Pertengahan April, wakil-wakil Rusia, Ukraina, Amerika Serikat dan Uni Eropa melakukan pertemuan di Jenewa dan sepakat untuk melucuti dan membubarkan kelompok-kelompok bersenjata ilegal. Tapi kesepakatan itu tidak terlaksana.

hp/rn (dpa, afp, rtr)