1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Cari Polisi Migran

Ulrike Hummel18 Desember 2013

Jerman kekurangan polisi. Dengan mempertimbangkan beberapa alasan, kepolisian Jerman ingin merekrut lebih banyak warga berlatar belakang migran.

https://p.dw.com/p/1Ab5z
Foto: picture-alliance/dpa

Baru-baru ini pihak kepolisian Jerman membuat kampanye iklan video rap untuk menjaring calon-calon baru anggota kepolisian. Target khususnya adalah kaum muda yang punya latar belakang migran. “Sulit untuk menemukan pelamar yang cocok di bidang ini” kata Erich Rettinghaus dari perwakilan serikat kerja polisi di NRW.

Tahun lalu ada sekitar 1757 pelamar yang berlatar belakang migran. Akan tetapi hanya 161 orang yang benar-benar bisa dipekerjakan, karena pelamar lainnya tidak memenuhi syarat. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja polisi, serikat kerja kepolisian menghimbau agar pihak kepolisian Jerman mau membuka lowongan juga kepada para lulusan sekolah lanjutan.

Mengapa Kepolisian Jerman Ingin Memperkerjakan para Migran?

Pihak kepolisian Jerman memandang perlu untuk lebih banyak memperkerjakan kaum muda dengan latar belakang migran dengan alasan polisi merupakan cerminan masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Rettinghaus. “Kita mempunyai masyarakat yang multikultur dan sementara itu kita juga merupakan negara dengan jumlah pendatang yang besar dan kultur yang beragam. Hal ini juga tercermin kembali di sektor kepolisian“.

Sejak tahun 2006 kepolisian Köln mendirikan KMI atau Kontakbeamte für Muslimische Institution, yakni sebuah jawatan di kepolisian Köln yang didirikan dengan tugas khusus untuk menjalin kerjasama antara pihak kepolisian dengan institusi-institusi Islam. Melalui KMI, lembaga kepolisian ingin menciptakan rasa saling percaya antara pihak kepolisian dan institusi-institusi Islam yang ada di Köln, kata Matthias Ferring, seorang polisi yang sejak beberapa tahun telah aktiv ikut berpartisipasi dalam “Proyek Pencegahan“ yang melibatkan kalangan muda muslim.

“Ini tentang bagaimana kita menciptakan rasa saling percaya dengan institusi dan perkumpulan Islam sehingga kita bisa membicarakan masalah-masalah pelik”katanya. Disisi lain, menjadikan anggota kepolisian lebih sensitiv terhadap masalah keislaman dan memberikan informasi mengenai extrimis Islam juga merupakan tugas para polisi yang bekerja di “kontakbeamte“.

Sejauh Mana Toleransi Kepolisian Dengan Islam?

Pendekatan antara polisi dengan warga yang punya latar belakang migran memang bisa diperbaiki oleh para perekrut pekerja kepolisian di Jerman. Tetapi apakah para pelindung hukum tersebut sudah siap menghadapi kebaragaman kultur dalam institusi mereka sendiri? Apakah kantin yang ada di kepolisian di Jerman juga menyediakan makanan yang memenuhi syarat keislaman? Lalu, apakah mungkin jika seorang polisi wanita tiba-tiba muncul bertugas dengan mengenakan jilbab?

“Tak semua orang muslim yang bekerja di kepolisian adalah muslim yang menjalankan ibadahnya“ kata Matthias Ferring. Kantin yang ada di kepolisian Köln dikelola oleh pengelola luar sehingga kepolisian hanya punya pengaruh terbatas. Hanya sedikit polisi yang pergi ke kantin tersebut. “Ada banyak pilihan makanan di kota, dimana orang-orang muslim bisa kenyang“ katanya.

Aturan khusus saat bulan Ramadhan saat ini memang tak ada. Hal tersebut secara individual bisa dibicarakan ditempat kerja. Akan tetapi pihak kepolisian menyediakan ruang antar agama yang disebut sebagai “ruangan tenang” bagi para pekerja kepolisian. “Jika kaum muda muslim kami datang untuk melakukan training, mereka juga menggunakan ruangan ini untuk beribadah ”. Hal ini sudah menjadi sesuatu hal yang normal.

Akan tetapi dengan gambaran bahwa suatu saat nanti akan ada polisi wanita yang memakai jilbab sekaligus topi polisi dan mengatur lalu lintas di jalan raya kota Köln, Matthias Ferring tak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini harus ditanyakan pada kementrian dalam negri.

Berbeda dengan di Swedia, disana para polisi wanita boleh memakai jilbab dan polisi laki-laki boleh memakai sorban atau memakai simbol-simbol keagamaan Yahudi. Di Inggris merupakan hal yang wajar jika tentara, hakim dan polisi yang punya latar belakang migrasi dari India bertugas dengan menggunakan sorban. Di Jerman, setiap negara bagian mengatur penampilan polisi melalui peraturan seragam – penggunaan jilbab, aksesoris keagamaan Yahudi atau sorban setidak tidaknya di NRW saat ini belum ada aturannya.