1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jaringan Pemerkosa Anak Terbongkar

27 Agustus 2014

Sekitar 1400 anak menjadi korban pemerkosaan dalam jangka waktu 16 tahun di kota kecil Rotherham, Inggris. Kasus menghebohkan itu membangkitkan kontroversi tentang perlindungan anak.

https://p.dw.com/p/1D2ce
Foto: picture alliance/Photoshot

Kasus pemerkosaan anak yang terungkap di kota kecil Rotherham di Inggris sungguh menghebohkan. Betapa tidak, selama kurun waktu 16 tahun diperkirakan ada 1400 anak yang menjadi korban pemerkosaan jaringan predator. Tapi jumlah korban yang sebenarnya mungkin lebih besar lagi.

Pemerkosaan anak secara massal itu terjadi selama tahun 1997 sampai 2013, kata Profesor Alexis Jay, yang memimpin komisi pemeriksa di Rotherham. Komisi tersebut dibentuk tahun 2010 setelah lima lelaki dinyatakan bersalah mencoba memperkosa seorang anak gadis.

"Ada contoh kasus dimana anak-anak disiram dengan bensin dan diancam akan dibakar, mereka juga diancam dengan todongan senjata, mereka disuruh menyaksikan pemerkosaan bruta terhadap anak lain, dan mereka diancam akan menjadi korban berikutnya, jika mereka membuka mulut", kata Jay.

"Anak perempuan berusia 11 tahun diperkosa oleh sejumlah pria", tambahnya. Kebanyakan korban berusia 11 sampai 16 tahun.

Para pelaku kebanyakan berasal dari komunitas Pakistan yang tinggal di Rotherham. Kota kecil itu berpenduduk sekitar 250.000 orang. Kebanyakan korban adalah anak warga Inggris, namun banyak juga anak-anak Pakistan, Kashmir dan etnis Roma yang jadi sasaran aksi kejahatan itu.

Bukan berlatar belakang rasisme

Profesor Alexis Jay mengatakan, peristiwa di Rotherham adalah kegagalan pemerintahan lokal. Para pejabat gagal total mengantisipasi kejahatan itu. Bahkan mereka mengabaikan laporan-laporan masyarakat tentang adanya jaringan kejahatan seksual di kota itu.

"Beberapa pejabat daerah kelihatannya berpikir bahwa ini kasus kecil, dan mereka masalah ini akan hilang dengan sendirinya," kata Jay. "Beberapa staf juga mengatakan mereka kuatir disebut sebagai rasis kalau mengusut kasus itu, yang lain mengatakan pimpinan mereka mencegah pengusutan kasus tersebut."

Pimpinan National Society for the Prevention of Cruelty to Children, John Cameron menerangkan, sensibilitas kebudayaan "tidak boleh menghalangi seseorang untuk melindungi anak-anak".

"Sulit membayangkan kerusakan (psikis) yang dialami para korban ketika mereka jadi mangsa dari tindakan impunitas ini selama beberapa tahun, hanya karena orang tidak mau memperhatikan masalah ini", kata Cameron.

Pemimpin lokal di Rotherham Roger Stone menyatakan pengunduran diri setelah laporan komisi pemeriksa dipublikasi.

hp/ap (afp, ap)