1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

220609 Schifffahrt Hafen

8 Juli 2009

Pisang dari Kepulauan Karibia, mawar dari Afrika atau daging sapi dari Argentina - sejumlah komoditi melewati jalan laut panjang. Sebagian melewati pelabuhan Rotterdam sebelum masuk ke Eropa.

https://p.dw.com/p/IfVG
Foto: AP

Gemercik air, suara camar dan buruh pelabuhan yang menurunkan barang dari kapal - bebunyian yang khas bagi suatu pelabuhan tidak ditemukan di Rotterdam. Suasananya lebih sepi yang terdengar hanya motor sebuah kapal feri. Di Rotterdam, mesin dan komputer menggantikan para buruh pelabuhan tradisional. Untuk membongkar muatan sebuah kapal kontainer hanya dibutuhkan beberapa orang, sisanya dikerjakan oleh kran raksasa.

Di bagian barat pelabuhan, suara lain yang mendominasi. Mesin berat dan buldoser memindahkan berton-ton pasar untuk perluasan pelabuhan Rotterdam. Minco van Heezen dari perusahaan pengawas pelabuhan: "Kami memerlukan perluasan ini, karena kawasan pelabuhan saat ini hampir penuh dan kami tentu ingin memberikan peluang kepada klien kami untuk berkembang di Rotterdam."

Hafen von Rotterdam - Luftaufnahme
Foto: picture-alliance / dpa

Pertumbuhan dan perluasan - dua kata kunci dalam persaingan dengan pelabuhan lainnya. Padahal, saat inipun pelabuhan Rotterdam sudah mencatat sejumlah rekor. Dari segi seluruh komoditinya, Rotterdam adalah pelabuhan terbesar Eropa. Untuk perdagangan minyak, pelabuhan di Laut Utara ini bahkan menduduki peringkat pertama. Kawasan pelabuhan mencakup 10.000 hektar yang dipadati kran dan gudang penyimpanan. Dari pusat kota Rotterdam, tempat merapat kapal menjalar 40 kilometer ke arah barat, sampai di Laut Utara.

Namun, dimensi luar biasa pelabuhan Rotterdam tak melindunginya dari dampak krisis ekonomi. Sejumlah kapal yang tidak bermuatan penuh atau kontainer kosong yang ditumpuk begitu saja di sebuah lapangan. Imbas mandegnya ekonomi tak hanya terasa tapi sungguh terlihat di Rotterdam. Apakah ini pertanda buruk bagi perluasan pelabuhan yang sudah direncanakan selama bertahun-tahun?

Hafen Rotterdam
Foto: picture-alliance / dpa

"Kami tidak kuatir karenanya. Kami sudah mulai merencanakannya tahun 1995. Waktu itu, keadaannya tak terlalu buruk tapi juga tidak terlalu bagus. Kami selalu merumuskan rencana jangka panjang, sedikitnya untuk 20 tahun. Dan selama itu, selalu ada krisis atau masa jaya. Itu tak menentukan bagi rencana perluasan pelabuhan kami."

Rencana jangka panjang dan risiko yang sudah diperhitungkan adalah faktor penting proyek perluasan yang menelan biaya 15 miliar Euro ini. Meski krisis ekonomi global melanda saat ini, separuh dari kawasan pelabuhan baru yang sedang dibangun berhasil disewakan. Salah satu penyewa di pelabuhan Rotterdam adalah APM Terminals. Perusahaan Denmark itu berencana membangun terminal kontainer kedua. Padahal saat ini tercatat penurunan perdagangan sebesar 15 persen.

Hafen von Rotterdam
Foto: dpa

Ini bukan alasan untuk panik kata wakil direktur APM Terminals Frank Tazeelar: "Dampak krisis sudah terasa, kami mencatat penurunan, meski itu tak berarti kami menganggur. Dan juga ada sudut pandang yang lain. dua, tiga tahun lalu kami kesulitan memenuhi semua permintaan di pelabuhan Rotterdam karena itu kami cukup senang bahwa kami sekarang punya waktu untuk menarik nafas."

Tazeelar menambahkan, bisnisnya menggunakan jeda ini untuk restrukturisasi perusahaan agar siap terjun ke pasar masa depan. Terminal baru rencananya dilengkapi teknologi termutakhir, dalam beberapa tahun saja seluruh pembongkaran muatan kapal dilakukan oleh mesin.

Di saat krisis mengancam pertumbuhan ekonomi dunia, perluasan pelabuhan yang menelan dana miliaran Euro menjadi secercah harapan bagi Rotterdam. Pasalnya, pelabuhan yang lebih besar dan modern diharapkan mendorong kembali roda ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru.

Anja Koch/Ziphora Robina
Editor: Marjory Lindardy