1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Indonesia Tuan Rumah KTT Toilet Dunia

3 Oktober 2013

Kurangnya toilet umum dan tempat buang hajat terbuka termasuk diantara isu yang muncul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Toilet dunia yang dibuka di Indonesia pada hari Rabu (2/10).

https://p.dw.com/p/19smy
Foto: Fotolia/Dmitri MIkitenko

Di seluruh dunia 2,5 milyar orang tidak punya akses atas toilet dan sistem pembuangan limbah. Satu juta anak meninggal setiap tahun akibat diare, jumlah itu setara dengan gabungan jumlah manusia yang meninggal akibat AIDS, campak dan malaria, demikian menurut PBB.

Di Indonesia, 63 juta orang terbiasa buang hajat di tempat terbuka karena mereka tidak punya akses ke fasililitas sanitasi dasar, kata Naning Adiwoso, ketua Asosiasi Toilet Indonesia.

Symbolbild Mann sitzt auf Toilette
2,5 milyar manusia di bumi tidak punya akses ke toiletFoto: Fotolia/Jiri Hera

HP lebih penting dari WC

”Bagi banyak orang di Indonesia, telepon genggam lebih penting daripada toilet,” kata Adiwoso. ”Orang-orang buang air besar di halaman belakang rumah.”

“Ada kurang kesadaran yang luas tentang pentingnya sanitasi,” kata dia.

Dalam KTT selama tiga hari yang digelar di Solo, Jawa Tengah, para pembicara akan bicara mengenai bagaimana memelihara, memperbaiki dan membersihkan toilet serta mendesain toilet umum.

Adiwoso mengatakan, di Jakarta sejumlah rumah tidak mempunyai toilet, sementara WC umum sulit ditemukan.

“Hampir tidak ada peta toilet di Jakarta dan WC umum yang sedikit itu berada dalam kondisi yang mengerikan,” kata dia.

Jack Sim, laki-laki asal Singapura yang mendirikan World Toilet Organization pada 2001, mengatakan bahwa tema pertemuan tahun ini adalah “Toilet dan Turisme.”

“Tanpa toilet yang baik, pariwisata tidak bisa berkembang,” kata dia. ”Toilet adalah bagian dari pengalaman liburan.”

Jack Sim sudah 13 tahun bergelut dengan toilet memperjuangkan isu yang dipandang dengan jijik oleh banyak orang, dengan tujuan satu: menyediakan tempat buang air yang bersih bagi warga miskin dunia.

alte WC-Anlage
WC umum di negara berkembang kondisinya "mengerikan"Foto: picture-alliance/Robert Kalb/APA/picturedesk.com

Menurut Jim, toilet harus dibersihkan dengan cara yang tepat. Khusus untuk toilet umum menurut dia harus dibersihkan dengan usaha lebih keras misalnya : kristal yang terbentuk di mangkuk toilet harus dibersihkan dengan bahan kimia khusus, kalau tidak maka ia akan menimbulkan bau. WC umum juga harus selalu kering, kalau tidak maka lantai akan cepat kotor, dan masalahnya pada saat sesuatu tidak kelihatan bersih, maka pengguna berikutnya juga tidak akan memikirkan untuk menjaganya agar tetap bersih.

WC jongkok lebih baik

Jim juga mengeritik fasilitas toilet di negara maju. Menurutnya fasilitas toilet yang sama besar antara WC perempuan dengan laki-laki adalah sebuah kesalahan, karena perempuan membutuhkan waktu lebih lama. Rata-rata perempuan menghabiskan waktu 96 detik sementara laki-laki perlu 35 detik di toilet untuk buang air. Karena itu, menurut dia WC perempuan seharusnya lebih besar.

Ketika ditanya mengenai mana yang lebih baik dari perspektif kebersihan: WC jongkok atau duduk? Jim menjawab sejauh yang menjadi perhatian adalah kebersihan pribadi, maka toilet jongkok lebih baik. Toilet duduk tidak bisa mengosongkan isi perut dengan lebih efektif, dan juga tidak mudah untuk membersihkan diri setelah buang air besar.

Tapi ia mengingatkan jika di sekitar WC jongkok menjadi basah, maka itu juga buruk bagi sanitasi sambil menambahkan bahwa ada kecenderungan di dunia untuk lebih banyak menggunakan WC duduk antara lain karena alasan semakin banyak manula di dunia yang sulit untuk jongkok.

ab/ek (dpa,rtr,afp)